Kita Tidak Bisa Lari Dari Tanggung  Jawab
Sukses meraih gelar, dalam hal yang positif, tentu saja merupakan kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang. Karena itu sejak dari masih duduk di bangku sekolah kita sudah belajar mati-matian agar bisa meraih gelar: Juara Kelas. Dan bila di ujian akhir, alangkah bangganya diri dan seluruh anggota keluarga bila kita mampu meraih gelar "Lulusan Terbaik".Â
Daftar ini tentu dapat diperpanjang secara runut sesuai dengan harapan yang ingin dicapai dalam hidup ini. Sejujurnya, secara pribadi, sepanjang perjalanan hidup walaupun sudah berusaha untuk kerja keras siang malam, namun belum pernah meraih gelar "Juara" sekalipun dalam berbagai kegiatan.
Antara lain, pernah berlatih Karate lari marathon dan sebagainya tak sekali jua meraih gelar. Tapi masih bersyukur pernah karya tulis saya mendapatkan "gelar" sebagai "The best seller" dari Elex Media Komputindo di Jakarta.
Nama saya pernah masuk ke koran Kompas sehingga setidaknya ada jugalah hal yang dapat menjadi kebanggaan anak cucu kami bahwa karya tulis Opa mereka pernah meraih "The Best Seller".Â
Masih ada satu lagi. Yakni di tahun 2014, Kompasiana berbaik hati memberikan penghargaan kepada saya sebagai Kompasianer of the Year 2014.
Walaupun kedua pencapaian ini, bagi orang lain, mungkin tidak berarti apa-apa, tapi setidaknya bagi saya pribadi merupakan kebanggaan tersendiri.
Kembali Ke Topik Tulisan
Tetapi selain dari gelar yang bersifat positif ada "gelar" yang dapat menjadi beban mental, bukan hanya bagi diri pribadi, tapi juga bagi keluarga dan anak cucu. Antara lain:
- Pengkhianat: termasuk orang yang menghianati kepercayaan yang diberikan kepadanya.Contoh : para KoruptorÂ
- Plagiat: mengakui tulisan orang lain ,sebagai hasil karya sendiri
- Penjilat: demi untuk keuntungan pribadi,tega menjilat atasan ,dengan meremehkan orang lain/munafik
- dan seterusnya
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tapi setidaknya, kita dapat mengantisipasi agar jangan sampai mendapatkan "gelar" yang berkonotasi negatif. Sebab, akan menjadi noda abadi bagi anak cucu kita kelak.
Tentu tidak perlu memberikan contoh contoh dengan menyebutkan nama disini,karena kita semua pasti memahami apa yang dimaksudkan.
Apa yang kita raih dalam hal positif akan jadi berkah bagi anak cucu dan sebaliknya bila akibat perilaku kita mendapatkan stempel yang negatif, maka akan menjadi kutukan abadi bagi anak cucu.
Karena kita tidak hanya memikul tanggung jawab pribadi tetapi akan menjadi warisan bagi anak cucu kita kelak. Tentu kita tidak ingin menodai anak cucu kita, baik yang sudah lahi maupun yang akan lahir kelak
Sebuah renungan menjelang malam.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H