Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masalah Kecil yang Dapat Merusak Hubungan Baik

8 Juli 2019   07:40 Diperbarui: 8 Juli 2019   07:57 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panggilan "Mbak " atau " Bu"

Sesungguhnya sudah lama masalah panggilan ini, bagi saya pribadi terasa seperti sesuatu hal kecil yang dapat merusak hubungan baik  dalam berinteraksi di berbagai kalangan masyarakat, yakni mengenai panggilan "mbak" dan "bu".Masalah yang tampaknya sepele dan kecil, tapi bila tidak dicarikan solusinya, berpotensial akan menjadi batu sandungan dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain. 

Kalau boleh dianalogikan, ibarat sepotong ujung rambut yang kedapatan dalam sepiring masakan ,walau sangat kecil dan tak berarti,tapi dapat merusak selera makan. Bahkan tidak jarang,orang memilih untuk membuang makanan tersebut yang dibelinya dengan harga yang lumayan mahal.

Karena saya dilahirkan dan dibesarkan di kota Padang, Sumatera Barat maka selama ini ,kalau saya sudah mengenal seseorang,maka langsung saya panggil nama tanpa embel embel "Uni " atau" Uda" walaupun yang bersangkutan sudah beranak cucu. 

Misalnya "Riri, Vivi atau Rina " dan seterusnya Kalau tidak kenal, maka kalau masih muda saya panggil "diek" (adik), baik laki laki maupun wanita. Kalau yang masih muda saya panggil "Uni" atau " Uda", maka dipastikan semua yang ada di sekitar sana akan memandang saya dengan heran .Jangan jangan mereka pikir saya sudah pikun. 

Tradisi Kita Memang Berbeda

Kalau di NTT rata rata orang disana memanggil saya dan istri "papa dan mama" . Yang memanggil kami dengan sebutan papa dan mama ini bukan hanya  yang usianya lebih muda, tapi termasuk yang jenggotnya sudah memutih. Kalau yang masih remaja,memanggil kami dengan sebutan :" Kakek dan Oma". Mengapa bukan "Kakek dan nenek?" Saya belum menemukan jawabannya. 

Lain Padang Lain Belalang

Sejak pindah ke Jakarta pada tahun 1990,saya sudah harus belajar untuk menggunakan panggilan "mbak " atau "mas",kecuali ketemu sesama orang dari Sumatera Barat. 

Kalau usianya sudah paruh baya atau bertemu pimpinan di bank maka sebagai panggilan sopan santun,saya ganti dengan "Pak" dan "bu",walaupun usia mereka mungkin sebaya putra kami.

Tetapi ketika hal ini diterapkan dalam berinteraksi di dunia maya, ternyata telah beberapa kali menimbulkan rasa tidak nyaman bagi yang saya panggil "mbak" dan :"bu" . 

Antara lain ada pesan via  masuk via inbox "Selamat pagi pak Tjip. Mohon maaf, saya masih muda dan belum berkeluarga. Mohon jangan panggil saya "bu" ya pak.Bayangkan pak Tjip usianya 77 tahun, panggil saya "bu" berarti saya sudah nenek nenek hehehe"

Pesan lain berbunyi "Selamat pagi pak. Maaf ya pak, saya sudah punya cucu. Mohon jangan panggil saya "Mbak " ya  pak Please" 

Sementara bagi saya pribadi,dipanggil :" Om atau Pak " sama sekali tidak masalah. Malahan ada yang memanggil saya : "Opa  dan "Ayahanda " serta "Papa", tentu saja saya terima dengan senang hati,berarti semakin banyak orang yang menyayangi diri saya. 

Kalau orang tidak merasa dekat dengan saya secara pribadi,mustahil memanggil saya dengan sebutan Opa, ayahanda atau papa.Sebaliknya bagi yang sudah saya kenal secara pribadi, saya panggil dengan sebutan nama secara langsung, misalnya " Maurin, Lusy, Arini, Sisca, Syifa, Riri, Vivi. Rina, Dewi, Hennie , Listhia, Dinda dan seterusnya ."

Pertanyaan ,apakah saya boleh dan dianggap sudah memenuhi standar sopan santun,bila saya memanggil langsung nama orang yang lebih muda dibanding usia saya,seperti Riza Hartati , Karia, Dewi Lesly , Ari Budiyanti ,Anis , Zahrotul ,Apriani ,Swarna , Leya, Zaldy, Syantrie, Pical, Ronald, Arman, Deddy, Budiman dan seterusnya?  

Saya belum temukan jawabannya. Kalau saya lancang memanggil dengan menyebut nama ,bisa jadi ada yang akan tersinggung,karena merasa dirinya diremehkan di depan orang banyak.Karena boleh jadi diantaranya ada yang menduduki posisi penting dalam komunitasnya atau mungkin seorang tokoh masyarakat.

Membutuhkan Masukan Yang Sangat Berharga

Masalah panggilan ini  tampak hanya masalah sepele ,tapi seperti yang saya analogikan diatas, sepiring masakan lezat bisa dibuang orang ,hanya karena terdapat sepotong rambut didalamnya. 

Nah, panggilan mana yang paling  tepat ,untuk mencegah agar jangan sampai merusakan hubungan baik kita ? Masukan yang akan diberikan teman teman, merupakan hal yang sangat berharga,karena bukan hanya untuk kepentingan diri saya pribadi,,karena yakin ada banyak orang lain yang juga bingung , tapi segan menanyakan.

Terima kasih dan salam hangat

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun