Orang Merasa Dihargai Bila Kita Mau Mendengarkan dengan Setulus Hati
Banyak orang hanya fokus untuk menjadi pembicara yang baik. Karena bila mana mampu menjadi seorang pembicara yang baik, maka ketika kita berbicara di forum, maka seluruh yang hadir akan diam dan mendengarkan dengan seksama. Apalagi bilamana ketika berbicara kita mampu menyentuh masalah aktual  dan mengena,maka tanpa ada yang memberikan komando, para hadirin akan memberikan applaus berupa tepukan tangan. Bahkan bila kalimat kalimat yang disampaikan terasa sangat mengena di hati para hadirin,maka bisa saja mereka memberikan standing applause.
Akan tetapi, disamping senang mendengarkan dengan antusias pembicaraan yang berbobot, sejujurnya setiap orang ingin juga didengarkan dengan penuh perhatian.Â
Sebagaimana kita merasa dihargai  ketika para hadirin di forum menyimak setiap kata yang keluar dari mulut kita, maka begitu juga orang lain akan merasa sangat senang bilamana ketika gilirannya berbicara,kita dapat menjadi pendengar yang baik terhadap dirinya.
Menjadi Pembicara dan Sekaligus Pendengar Yang Baik
Agar tidak terjadi kesenjangan dalam perilaku kita, alangkah eloknya bila kita mau belajar agar di samping menjadi pembicara yang baik, sekaligus menjadi pendengar yang baik.Â
Menjadi pendengar yang baik,adalah mencoba berusaha memahami, apa yang sedang dihadapinya. Hindari memotong pembicaraan lawan bicara kita. Biarkanlah ia menyelesaikan pembicaraannya.
Ketika tiba giliran kita yang berbicara, maka upayakanlah memberikan solusi yang tepat dan singkat. Jangan seperti orang memberikan kuliah, walaupun mungkin saja diri kita memang seorang dosen. Apalagi disaat saat lawan bicara kita sedang menghadapi masalah pelik
Sepotong Pengalaman Pribadi
Sejak memutuskan untuk aktif berkeliling Nusantara untuk mengajar di berbagai kota,t entang bagaimana cara melakukan self care atau merawat diri sendiri secara alami, maka secara mental saya sudah siap untuk dibangunkan kapan saja, bilamana ada orang yang membutuhkan bantuan, tanpa menerima imbalan apapun,sebagai Konsultan.
Suatu malam, Ponsel saya berdering. Saya melirik di jam digital yang  ada di Ponsel ,waktu menunjukkan pukul 02.15 dini hari. Ponsel saya angkat dan kemudian terdengar suara seorang wanita, "Selamat malam bapak. Saya Wati, mohon maaf saya mengganggu,  di tengah malam Bayi saya yang baru berusia 4 bulan sejak tadi menangis terus pak ,tidak mau tidur. Di rumah tidak ada siapa siapa. Suami saya sedang berada di Kalimantan. Mau saya bawa ke dokter, hujan lebat dan rumah kami lokasi di dalam gang yang tidak dapat dimasuki taksi. Tolonglah pak".Â
Suara wanita ini terasa sangat panik dan menghiba. Membayangkan seorang wanita dengan bayi yang menangis terus menerus dan dirumah tidak ada siapa siapa yang dapat membantunya membawa bayi ke dokter.Â
Saya terdiam dan memahami bahwa diri saya bukan dokter. Tapi dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin saya jawab, " Maaf ya bu, saya bukan dokter. Jadi saya tidak bisa membantu".
 Kalaulah hal ini yang saya lakukan, maka betapa akan terlukanya hati wanita ini karena orang yang diharapkan dapat menenangkan hatinya, justru menolak. Sebagai seorang wanita, pasti tidak mudah baginya memutuskan untuk menelepon saya di malam hari karena anaknya sakit.
Lalu saya jawab, "Bu Wati tenang ya. Jangan panik ya bu. Saya bantu. Bu Wati coba gosokan kedua telapak tangannya. Kalau sudah terasa hangat, ditempelkan ke pusar bayi ibu. Lakukan berulang kali, mungkin perutnya lagi kembung, masuk angin. Sepuluh menit lagi ibu telepon saya lagi ya".Â
"Baik pak " jawab Wati dan telepon di offkan. Selang beberapa menit kemudian, Ponsel saya kembali berdering dan karena saya memang tidak tidur, maka langsung saya jawab,begitu saya bilang, "Halo" dan belum sempat bertanya bagaimana dengan bayinya, suara Wati lantang terdengar,Â
"Alhamdulilah bapak. Setelah saya ikuti saran bapak, bayi saya langsung pipis, banyak sekali. Setelah saya ganti popoknya dan saya bendung dengan selimut. Alhamdulilah langsung tidur nyenyak. Terima kasih bapak. Semoga Allah membalas kebaikan bapak".
Hanya Salah Satu ContohÂ
Kisah tersebut hanya salah satu dari sekian  banyak kisah kisah lainnya. Yang membuat saya semakin memahami,bahwa untuk mengaplikasikan hidup berbagi, tidak harus kita bagi bagi uang,tapi juga tak kalah nilainya adalah menjadi pendengar dan sekaligus pendengar yang baik.
Saya sama sekali tidak merasa terganggu, walaupun sama sekali tidak menerima imbalan dalam bentuk apapun. Saya merasakan dengan jalan ini, setidaknya saya dapat berbuat sesuatu untuk membantu orang lain. Saya ingat lirik lagu:
Hidup adalah Kesempatan
Selagi aku masih kuat
Bila saatnya nanti
Ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkatÂ
Saya tidak hafal lagu ini, tapi senang mendengarkan dan menjadi motivasi bagi diri saya agar terus berusaha untuk mengisi hidup dengan hal yang berguna untuk orang lain. Quote, " The beautiful of life, not depend on how happy my life, but how happy the others because of me".
Kita tidak mungkin melakukan hal hal yang spektakuler, tapi kita bisa melakukan hal kecil, yakni menjadi pendengar dan pembicara yang baik.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H