Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kehilangan Suami di Rumah Sendiri? Aneh tapi Nyata

13 Juni 2019   20:41 Diperbarui: 14 Juni 2019   06:45 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://id.theasianparent.com

"Selamat malam Om. Mohon maaf kalau mengganggu waktu istirahat. Nadya mau minta tolong. Sudah sejak 3 bulan ini, Nadya kehilangan suami. 

"Bunyi pesan via WA yang masuk beberapa saat lalu. Agak terpana saya baca pesan dari salah satu putri kerabat saya. Saya baca ulang pesannya dan ternyata saya tidak salah membaca. 

Saya berpikir, nih anak lagi ngigau atau mengalami halusinasi? Masa suaminya hilang di Jakarta bukannya melapor ke Kantor Polisi terdekat malah minta tolong kepada saya. Apakah dikira saya ini ahli nujum? Tapi daripada lama lama bingung langsung saja saya jawab pesannya, "Maaf Nadya, apakah sudah lapor ke Polisi? Apakah sudah coba hubungi keluarga di kampung?"

Dan dalam hitungan detik dapat jawaban, "Bukan Om,suami ada di rumah, tapi sejak tiga bulan ini begitu pulang langsung mandi dan makan malam dan selanjutnya tidak boleh diganggu. Katanya lagi sibuk di WAG, masalah politik".

Awalnya saya diam karena saya pikir mungkin ada hal penting yang harus diselesaikan. Tapi ternyata kondisi ini terus berlanjut hingga kini. 

Dulu, sehabis makan malam, kami duduk santai di ruang tamu dengan anak kami yang semata wayang. Tapi sejak suami bergabung dengan WAG dan terlibat masalah politik, saya sungguh merasa bagaikan kehilangan suami dan putri kami kehilangan ayahnya, walaupun kami tinggal serumah. "Tolong Om nasihatkan suami saya. Mungkin suami saya mau mendengar nasihat Om dan sadar diri". 

Selang beberapa saat, saya jawab, "Saya akan pikirkan cara terbaik ya Nadya. Sabar ya", dan kemudian komunikasi selesai Itulah gambaran komunikasi yang baru saja terjadi, namun namanya saya ganti agar jangan menimbulkan masalah lain.

Kita Tidak Berhak Mencampuri Urusan Dalam Keluarga Orang Lain

Walaupun suami Nadya masih ada hubungan famili, namun saya sama sekali tidak merasa berhak mencampuri urusan dalam keluarganya. Bahkan urusan dalam keluarga putra putri sendiri, kami tidak pernah mau ikut campur. 

Tapi di sisi lain mengabaikan permohonan Nadya yang minta tolong kepada saya, tentu juga tidak mengenakan.M aka saya perlu mencari jalan untuk dapat membantu agar suami Nadya sadar dan kembali rukun bersama keluarganya. Tapi karena menyangkut urusan pribadi, maka bukanlah masalah mudah untuk menemukan solusinya.

Menjadi orang yang dianggap punya segudang pengalaman hidup itu tidak selalu enak karena dianggap mampu menyelesaikan berbagai masalah dalam keluarga. Padahal ada rambu rambu yang tidak boleh dilanggar, bila memasuki zona privasi seseorang. Sehingga bagi saya pribadi merupakan sebuah dilema.

Banyak Orang Terperangkap Popularitas Semu 

Saking asyiknya menjadi pusat perhatian, walaupun di dunia maya bisa menyebabkan orang terbuai dalam popularitas diri yang semu. Orang mabuk bukan hanya karena mengonsumsi minuman alkohol, tapi juga karena mabuk oleh pujian dan sanjungan. 

Walaupun penyebab mabuknya berbeda, namun efeknya kurang lebih sama yakni orang mabuk menjadi lupa diri. Tidak mampu lagi berpikiran jernih, karena dirinya sudah terperangkap dalam kenikmatan sesaat berupa pujian atau sanjungan orang.

Bila sudah dalam kondisi seperti ini bilamana tidak ada orang yang menyadarkannya, maka semakin lama akan semakin terpuruk. Hingga tega mengabaikan anak istri demi mengejar popularitas diri semu.  

Merasa selama berinteraksi di dunia maya melalui WAG ia merasa bagaikan sosok pemimpin yang disegani dan didengar oleh orang banyak. Apalagi bila ucapannya mendapatkan komentar komentar yang memberikan sanjungan atas dirinya. Akibatnya ,banyak orang terpenjara oleh popularitas diri yang semu,sehingga tega mengorbankan kebahagiaan keluarga

Untuk mengantisipasinya, sesungguhnya sangat sederhana, yakni:

  1. menempatkan keluarga sebagai Prioritas Utama dalam hidup ini
  2. sadarlah bahwa popularitas semu hanya sesaat
  3. Jangan mempertaruhkan keluarga demi untuk apapun 

Semoga tulisan ini ada manfaatnya 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun