Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekompakan Masyarakat Minang dan Tionghoa Padang yang Patut Dijadikan Contoh

9 Juni 2019   19:51 Diperbarui: 9 Juni 2019   21:34 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kiriman : Asro Sikumbang Minangkabau

Daerah Pondok, Kelenteng  hingga ke Jalan Batang Arau,sudah sejak lama dikenal sebagai Kampung Tionghoa.  Termasuk Pasar Tanah Kongsi yang merupakan Pasar Pagi warga Tionghoa Padang,dimana dulu Penulis pernah tinggal selama bertahun tahun dan  menjadi Penjual Kelapa disini. Yang berjualan dan berbelanja disini terdiri dari berbagai etnis 

Di samping Kampung Tionghoa ,terdapat Kampung Keling  yang lokasinya di dekat Masjid.Terus ke utara ada Kampung Nias dan Kampung Jawa. Walaupun terdapat nama nama Kampung yang berbeda, namun dalam kehidupan keseharian, masyarakat dari berbagai etnis sudah sejak lama hidup membaur. Dalam berinteraksi menggunakan bahasa Minang.

Tidak ada yang  berbicara dalam bahasa Mandarin, bahasa India ataupun bahasa Nias. Seluruh warga Padang ,sejak dari kecil berbicara dalam bahasa Padang tanpa ada instruksi ataupun perda perdaan. Hal ini tentu saja merupakan jembatan  yang mempertautkan seluruh etnis yang berbeda menjadi masyarakat Sumatera Barat.

Foto : Margriet Gho Hong Liu .nomor dua dari kanan
Foto : Margriet Gho Hong Liu .nomor dua dari kanan
Mendapatkan Dukungan  Pemerintah

Bak Gayung Basambuik niat dari masyarakat Tionghoa Padang, ternyata mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Kementerian Pariwisata  RI. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kota Padang sehingga impian untuk menyelenggarakan Festival 10.000 Bakcang dan 10.000 Lamang Baluo, berhasil dengan sukses bahkan mendapatkan penghargaan dari MURI.

Menurut salah seorang aktivis,  Asro Sikumbang Minangkabau yang sudah sejak lama aktif dalam berbagai kegiatan budaya Minang dan Silek, kerja sama ini merupakan hal yang sungguh patut disyukuri.Asro bertugas di Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Karena membuktikan bahwa perbedaan dalam segala keberagaman antara masyarakat Minang dan masyarakat Tionghoa Padang sungguh patut di viralkan dan menjadi contoh bagi daerah lainnya. Asro juga mengirim video kegiatan sejak dari awal,berlangsung tanggal 6 Juni dan 7 Juni 2019 beserta foto foto pendukung.

foto kiriman : Margriet Gho Hong Liu
foto kiriman : Margriet Gho Hong Liu
Dibutuhkan Lebih Dari Setengah Ton Beras Pulut (Ketan)

Menurut salah seorang anggota Panitia, Margriet Gho Hong Liu yang ikut dalam mempersiapkan Bacang dibutuhkan sekitar 600 kilogram beras ketan dan 220 ekor ayam. 

Dapat dibayangkan betapa rumitnya mempersiapkan segala sesuatunya. Belum lagi mempersiapkan Lamang Baluo yang juga tidak mudah membuatnya. 

Namun dengan niat baik dan tekad untuk bersama sama membangun Sumatera Barat,serta didukung oleh Pemerintah,maka semuanya dapat terlaksana dengan sukses

Festival Bakcang dan Lamang sudah Usai, namun  disisi lain telah menorehkan dalam sejarah Indonesia bahwa Sumatera Barat telah membuktikan bahwa perbedaan Etnis tidak harus menjadi petaka, malahan dapat menjadi berkah bagi daerah, asal saja sama sama memiliki niat baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun