Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minang dan Tionghoa Padang Menyatu Dalam Festival

7 Juni 2019   19:45 Diperbarui: 7 Juni 2019   20:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini sejarah di Indonesia, dua budaya berbeda disatukan dan memecahkan rekor Muri. Ini diharapkan bisa menjadi contoh keberagaman dalam kerukunan," kata Raseno Arya, dari Kementerian Pariwisata RI, disela-sela pembukaan Festival Bacang dan Lamang Baluo, Kamis (6/6/2019)

Wali Kota Padang Mahyeldi mengatakan, festival tersebut memang bertujuan untuk menarik wisatawan datang berkunjung ke Padang. Untuk itu, jadwal pelaksanaannya bertepatan dengan libur Lebaran. "Festival ini menunjukkan adanya kerukunan yang luar biasa antara etnis Tionghoa dengan Minang di Padang. Mereka sudah lama hidup rukun berdampingan," kata Mahyeldi. sumber; https://regional.kompas.com/

Sekilas Tentang Bacang

Menurut tradisi yang  sudah turun temurun sejak dulu,tanggal 5 bulan 5 Tionghoa adalah hari peringatan makan bacang. Konon kabarnya dulu di Tiongkok orang-orang memperingati hari meninggalnya seorang  Tokoh Masyarakat ,yang terjun ke sungai untuk memprotes kepada pemerintah demi kemakmuran rakyat.

Rakyat yang menaruh simpati kepada Tokoh masyarakat ini,memberi makan ikan,udang dan binatang lainnya supaya tidak memakan tubuh tokoh tersebut. Caranya adalah dengan membungkus makanan yang akan dilemparkan ke sungai.

Semenjak itu maka hari tgl 5 bulan lima dimana-mana komunitas Tionghoa memperingatinya dengan membuat makanan yang dibungkus seperti bacang Namun yang namanya legenda, tentu saja tidak dapat dibuktikan kebenarannya  Karena makanan khas yang bernama Bacang ini, konon sudah ada sejak 500 tahun sebelum Masehi.Lama kelamaan ,tradisi ini sudah meluas,dan tidak hanya pada tanggal tersebut,tetapi orang bisa menikmati gurih dan lezatnya bacang setiap hari. Baik dengan membelinya di kedai kopi ataupun membuatnya sendiri . 

Kesimpulan: Festival Bacang dan Lamang Baluo ini,bukan hanya sekedar slogan,tapi sesungguhnya hanya merupakan wujud manifestasi dalam bentuk lain. Karena sesungguhnya sejak kakek nenek kami dulu, etnis Tionghoa Padang dan Urang Minang sudah terbiasa hidup rukun dan damai.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun