Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Menyisakan Sekeping Kerinduan

5 Juni 2019   18:56 Diperbarui: 5 Juni 2019   19:53 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan Suasana Hari Raya di kampung Halaman

Sejak kepindahan kami ke Jakarta, kami sudah merasakan ada sesuatu yang kurang pada setiap Lebaran. Padahal yang merayakan Hari Raya Idul Fitri adalah saudara saudara yang beragama Islam. Walaupun sebagian dari anggota keluarga besar kami memeluk agama islam, tapi saya dan istri adalah non Muslim. Tapi anehnya, setiap hari Lebaran tiba,saya merasakan seakan ada sesuatu yang kurang,

Bagi yang membaca tulisan ini mungkin dirasa aneh atau lucu, tapi sesungguhnya bagi saya pribadi hal ini ditulis dari lubuk hati yang terdalam. Mungkin karena kami lahir dan dibesarkan di kampung halaman dan ikut larut dalam setiap perayaan Hari Raya idul Fitri . Anak anak yang tinggal di sekeliling rumah kami,datang berbondong bondong ke rumah kami,walaupun mereka semua tahu,bahwa kami non Muslim. 

Pada hari raya kedua,kami kunjungi sanak keluarga dan sahabat sahabat kami yang tinggal di kampung kampung,bahkan menginap disana satu dua hari dirumah mereka . Ritual yang kami jalani setiap tahun ini,telah menyatu dengan rasa hati,sehingga sangat sulit untuk melupakan.

Sangat Terasa Ketika Kami Domisili di Australia

Apalagi sejak  kami Domisili di Australia, semakin menjauhkan kami dari suasana hari raya di kampung. Waktu dan suasana sudah mengubah segalanya dan saya tidak mungkin mengikat bayang bayang kerinduan. Dan seperti yang pernah saya ungkapkan: "Pikiran dan perasaan seseorang,ternyata tidak bisa dikekang atau dibatasi oleh norma norma yang biasa berlaku dalam masyarakat". Karena sesungguhnya tak ada yang bisa membatasi pikiran dan perasaan seseorang, kecuali diri sendiri.

Lahir, dibesarkan serta hidup dan bergaul selama puluhan tahun dengan berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, budaya, dan agama telah menyatukan hati, cita, dan rasa yang tidak dapat didustai. Yakni kerinduan akan suasana hari raya di kampung halaman walaupun secara pribadi saya adalah non Muslim.

Karena itu, melalui tulisan ini izinkanlah saya mewakili seluruh keluarga besar kami dari lubuk hati yang terdalam mengucapkan: "Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin" kepada semua saudara saudara yang merayakan !
Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun