Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Contoh Teladan, Jauh Lebih Bernilai Dibanding Seribu Khotbah

3 Juni 2019   07:59 Diperbarui: 3 Juni 2019   08:03 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ket.foto: bersama  Rev Fr Sam Kono CSsR. Superior/dokumentasi roselina 

Hari Raya Kenaikan Yesus ke Surga ,baru saja dirayakan pada tanggal 30 Mei ,2019 yang baru lalu. Di Indonesia,yang mayoritas penduduknya merupakan warga Muslim terbesar di dunia, menjadikan hari tersebut sebagai Hari Libur Nasional. Tetapi, uniknya di negara yang dikenal mayoritas beragama Kristen - Katolik, yakni Australia,ternyata hari yang merupakan hal yang penting bagi umat Kristiani tersebut justru tidak merupakan hari libur.

Is Ascension Day a Public Holiday?

Ascension Day is not a public holiday. Businesses have normal opening hours. Ascension Day is not a federal public holiday in Australia. Offices, retail stores, educational institutions and public transit systems stick with their usual schedules. 

Hal inilah yang dibicarakan dalam khotbah  di hari Minggu kemarin ,tanggal 2 Juni,2019 . Antara lain dikatakan oleh Pastor yang memimpin Misa di Gereja Redemptorist Monastery, yang berlokasi di Vincent Street North Perth  " Saudara saudara terkasih, kita semua tahu bahwa Indonesia adalah merupakan negara ,yang mayoritas penduduknya Muslim. Tetapi ternyata di sana Ascension Day dijadikan hari libur nasional. Kita salut,akan negara yang memiliki rasa toleransi yang begitu tinggi. 

Padahal di negeri ini (Australia) yang dikenal di dunia,sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Kristen - Katolik, Ascension Day is not a public holiday. Tampaknya ,sebagian besar umat yang hadir dalam gereja,baru tahu bahwa Ascension Day merupakan Public Holiday di Indonesia. Hal ini tampak dalam sikap tubuh mereka yang agak condong kedepan dan menyimak dengan seksama.

Terlepas dari segala kekurangan yang terjadi di negeri kita,setidaknya sebagai salah satu dari orang Indonesia yang kebetulan domisili di Australia,kami berdua ikut bangga.bahwa ternyata Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan negara lain.

Ternyata Pastor dari Indonesia

Usai Misa  dan berkenalan dengan Pastor yang memimpin Misa,baru saya sadar ,mengapa dalam khotbah di Gereja ,membicarakan tentang Public Holiday yang diberlakukan di Indonesia, pada hari Kenaikan Yesus ke Surga. Ternyata Pastor yang memimpin Misa berasal dari Indonesia, tepatnya asal dari Kupang ,NTT.

Hal ini,semakin menciptakan rasa hormat kami terhadap Pastor Sam asal Kupang ini.Karena kendati menempati posisi puncak di dalam komunitas Gereja  Katolik di North Perth ini juga tertulis sebagai Rector di belakang namanya. 

Sementara ada sebagian orang Indonesia, yang tinggal di luar negeri, malah memberikan sanjungan setinggi langit kepada negara dimana mereka menumpang hidup, bahkan tidak sedikit yang mengubah gaya hidup dan gaya berpakaian. Bahkan gaya berbicara juga meniru gaya berbicara di negeri orang,

Tapi Pastor yang satu ini,ketika menyalami kami, tidak satu patah kata bahasa Inggris yang keluar dari mulutnya. "Halo Selamat pagi juga Bapak dan Ibu" katanya dengan wajah ceria. Senang sekali bisa bertemu. Maaf, boleh saya minta nomor Ponsel Bapak? " 

Katanya dengan rendah hati,sambil memasukkan nomor ponsel saya ke Ponselnya. Ia menempatkan kami sebagai orang tua,walaupun sesungguhnya dalam hal status sebagai "Romo" Paroki, posisi kami berdua adalah salah satu umat yang bukan siapa siapa.

Padahal  lazimnya,umat yang minta nomor ponsel Romo ,tapi kali ini,justru Romo yang minta nomor ponsel kami. Hal yang tampak sangat sepele,tapi menjadi pelajaran bagi saya pribadi,agar selalu mengedepankan kerendahan hati.bukan menunjukkan kelebihan diri.

Ikut mengharumkan nama bangsa dan negara ,tidak harus melakukan hal spektakuler,apalagi sampai ikut berperang di luar negeri. Seperti yang dicontohkan oleh Pastor Sam Kono,hanya dengan sebaris kata :" Kita salut pada negara Indonesia.Walaupun mayoritas Muslim,tapi memiliki toleransi yang tinggi,buktinya Ascension Day dijadikan Public Holiday"

Pastor Sam Kono ini,sudah 4 tahun disini dan bahkan kalau dibaca pada buletin gereja Redemptoris Monastery ini,mendapatkan posisi terhormat.  Rev Fr Sam Kono CSsR. Superior. 

Namun sikap dan tutur katanya ,masih seratus persen gaya dan cara orang Indonesia tulen.Tidak ke barat baratan dan sama sekali tidak menunjukan dirinya sebagai orang yang perlu dihormati. 

Malahan,minta izin pada kami,untuk masuk kedalam gereja dan mengambil sebuah buletin,untuk diserahkan kepada kami. Sebuah contoh keteladanan,yang sudah langka Dan seperti kata peribahasa "Sebuah contoh teladan yang nyata, jauh lebih berharga ketimbang seribu khotbah yang melangit "

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun