Hubungan Baik Tidak Akan Pupus oleh Jarak dan Waktu
Menjalin hubungan baik sejak awal dan merawat hubungan tersebut secara arif kelak di hari tua, kita akan memetik kebahagiaan demi kebahagiaan. Merindukan dan dirindukan oleh sahabat lama kita yang mungkin saja dulu adalah karyawan kita atau pun tetangga, tidak dapat dipaksakan.Â
Ada banyak contoh hidup yang mana setelah turun panggung, orang yang dulunya pejabat tapi karena selama ini tidak mampu merawat tali asih maka ketika tidak lagi menjadi pejabat, jangankan memberikan ucapan selamat, malahan tidak sedikit yang bila ketemu dicuekin orang banyak. Atau orang kaya raya yang merasa dengan uangnya yang banyak, bisa membeli hubungan persahabatan yang tulus, maka kelak ketika kekayaannya sudah meluntur akan menangguk kekecewaan demi kekecewaan.Â
Karena sudah  pernah mengalami hidup sebagai orang melarat, maka sudah mendarah daging bagi kami untuk menghargai siapa pun yang ada di depan kami. Apakah karyawan kami, tukang kebun atau pembantu rumah tangga. Â
Sama sekali tidak ada hubungan dengan pencitraan karena saya dan istri hanyalah orang biasa dan bukan siapa-siapa. Perubahan perjalanan hidup kami dari titik nadir mengalami turning point dan kelak menjadi pengusaha semakin membuat kami bersyukur dan memperlakukan setiap orang sebagai anggota keluarga sendiri.Â
Karyawan kami dan pembantu rumah tangga kami duduk makan semeja dengan kami. Kalau berpergian keluar kota, kebetulan disopiri maka ketika saat makan, Sopir kami ajak makan semeja bersama-sama. Karena apa yang kami lakukan keluar dari hati dan bukan untuk cari muka, semuanya sama sekali kami tidak merasa terganggu walaupun beberapa kali ada teman yang menegur, mengapa sopir dan pembantu kok diajak makan bersama semeja?
Bulan januari 2019 yang baru lalu, jauh hari sebelum kami tiba di kampung halaman, bertubi tubi datang undangan untuk makan bersama. Kebahagiaan seperti inilah yang sungguh tidak ternilai. Bukan  masalah ditraktir makan, tapi rasa persaudaraan dan cinta kasih yang terkandung dalam undangan tersebut sungguh menghadirikan rasa syukur yang mendalam pada kami.
Di samping mantan murid yang mentraktir, kemudian bahkan memberikan berbagai hadiah serta angpau dalam jumlah yang cukup besar, masih ada keponakan-keponakan kami yang berebut membayar makanan. Mantan Karyawan kami, Dessy, Lina, dan Riry yang kini telah menjadi orang-orang sukses. Bahkan putri mereka sudah jadi dokter dan sarjana, begitu antusias ingin makan bersama kami.
Hingga saat ini, kami  masih terus saling komunikasi lewat WA maupun melalui Facebook. Walaupun jauh dari sebutan kaya, tapi sejujurnya kami merasakan bahwa kami berdua sungguh beruntung mendapatkan karunia Tuhan yang begitu besar, melalui cinta kasih dari sanak keluarga dan mantan murid serta mantan karyawan kami.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H