Kemarin, salah seorang keponakan kami datang dari Sydney, khusus untuk mengujungi kami berdua serta mengajak kami makan malam di salah satu restoran di kota Wollongong.
Suami-istri bekerja. Suami kerja di Supermarket dan istri kerja sebagai Pengantar Surat di Kantor Pos. Kalau di Indonesia, sejak zaman dulu, dikenal pak Pos. Di Australia pengantar pos lebih identik dengan menggunakan sepeda, dan sebagian besar adalah kaum wanita.
Berapa Gaji Sebagai Pengantar Surat?
Putri bungsu kami, Irvianty Effendi, juga kerja di Kantor Pos. Kalau dulu hanya sebagai karyawan "casual" atau paruh waktu, karena di samping kerja di kantor pos ia juga aktif sebagai Consultant Tax.
Akan tetapi karena kantor Consultant Tax lokasinya di Shellharbour, yang membutuhkan berkendaraan lebih kurang setengah jam, maka saya sarankan agar ia fokus kerja di Kantor Pos.
Sejak 2 tahun lalu sudah menjadi PNS sebagai karyawan tetap di Kantor Pos Kota Wollongong dengan gaji yang lumayan.Â
Sementara 2 orang keponakan kami, yang kerja sebagai Pengantar Surat, menurut mereka gaji sebagai Pengantar Surat Pos "hanya" sekitar 2000 dolar per 2 minggu atau per bulannya sekitar 4 ribu dolar, belum termasuk bila kerja lembur dan mendapatkan "Over time".
Kalau dikalkulasikan dalam rupiah, 4 ribu dolar setara dengan 40 juta rupiah! Â Belum setahun kerja sudah langsung diterima sebagai karyawan tetap di Pos Office.
Mau Hidup di Negeri Orang Jangan Gengsi
Kalau di Indonesia, saya belum pernah melihat "bu pos" yang mengantarkan surat menggunakan sepeda. Para pendatang termasuk dari Indonesia sudah memahami kalau mereka ingin mampu bertahan hidup di Australia, harus mau menanggalkan "gengsi".
Selama pekerjaan halal, mengapa tidak kerja sebagai Pengantar Surat.
Kerja susun barang di Supermarket atau kerja mencuci kendaraan dan siap dipanggil kerumah rumah. Dan mereka yang mengerjakan semuanya ini,bukan karena tidak sekolah,rata rata lulusan Sarjana dibidang masing masing,termasuk keponakan kami. Tapi membandingkan ."upah" yang diterima sebagai "pekerja kasar" adalah jauh lebih tinggi,ketimbang kerja duduk manis di kantor,maka mereka lebih memilih menjadi "Pekerja kasar"Â
Tulisan kecil ini,hanyalah sebagai gambaran ,ketimbang selalu menuntut ini dan itu,alangkah baiknya,bila kaum buruh intropeksi diri,untuk bekerja lebih baik dan lebih rajin dan jujur. Â Karena "jujur dan rajin" adalah ibarat sekeping mata uang,yang berlaku dimana saja .Kalau hanya menuntut ,tapi tidak pernah mau introspeksi diri,sampai kapanpun. May Day ,tak lebih hanya sekedar hari hura hura
Penulis artikel ini,pernah merasakan sebagai buruh di pabrik karet PT PIKANI selama dua tahun dan pernah sebagai Pengusaha selama lebih dari 20 tahun,yang memperkerjakan sekitar 100 orang tenaga kerja. Tidak pernah mengalami demo,apalagi mogok,karena memperlakukan karyawan ,sebagai mitra kerja,bukan sebagai pesuruh .Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H