Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Orang yang Hidup Tanpa Masalah?

29 April 2019   17:37 Diperbarui: 29 April 2019   18:01 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: jahanc.wordpress.com

Masalah Bisa Datang Darimana Saja

Masalah mulai timbul,pada saat terjadi sesuatu yang sama sekali diluar dugaan kita atau yang terjadi justru bertolak belakang dengan apa yang diharapkan . Besar kecil masalah tergantung dari sudut pandang masiing masing orang. Apa yang bagi  kita merupakan masalah kecil dan spele,boleh jadi bagi orang lain ,merupakan hal yang akan mereka pertaruhkan dengan hidupnya. 

Contoh sederhana,bagi orang yang hidupnya sudah mapan,kehilangan uang senilai satu juta rupiah, paling cuma dianggap "buang sial" Akan tetapi bagi orang yang hidupnya  senin kemis,bila ada yang mau merampok uang senilai 1 juta rupiah yang ada ditangannya,maka ia akan mempertahankannya mati matian,walaupun taruhannya adalah nyawanya sendiri.

Karena itu, kita tidak dapat mengambil kesimpulan atas apa yang menimpa orang lain,karena kondisi seseorang ,menentukan,besar kecilnya masalah.Bagi orang kaya,mungkin akan berkomentar :"Alangkah naifnya, "hanya"karena uang "segitu" ,koq mau mempertaruhkan hidupnya."

Takaran Sakit Yang Berbeda

Bagi orang yang biasa hidup dalam berkecukupan  dan tidak pernah merasakan hidup melarat ,maka ketika tangannya terluka dan berdarah,maka langsung menjadi panik dan  buru buru memerintahkan sopirnya,untuk mengantarkan dirinya ke IGD (Instansi Gawat Darurat). Pernah ,sewaktu saya membantu  korban tabrak lari, ada kendaraan ambulance yang datang dengan sirine yang masih meraung raung, Saya kira mungkin korban tabrakan atau ada wanita yang mau melahirkan, Tapi ,yang tampak turun adalah seorang pria berpakaian lengkap, dengan mempertontonkan tangannya yang terluka . Padahal bagi orang yang sudah terbiasa hidup melarat,luka pada jari tangan dan berdarah ,hanyalah masalah kecil,paling ditempel dengan "Handyplast" sudah langsung kerja kembali. 

Menghadapi Masalah Lainnya

Belakangan sering ada berita, siswa tidak lulus ujian ,terus bunuh diri . Atau tidak terpilih sebagai Caleg,langsung menjadi sinting,sehingga harus dirawar di Rumah Sakit Jiwa. Hal ini disebabkan,karena sejak kecil mereka sudah terbiasa,semua kemauannya dipenuhi. Sehingga ketika ada saja hal yang menyebabkan ia kecewa,maka tidak mampu menerimanya dan langusng mengambil jalan pintas atau mengalami gangguan kejiwaan,

Biasakan Anak Sejak Kecil Mengatasi Masalah Mereka

Sikap mental yang sudah terbentuk sejak kecil,mustahil dapat diubah dalam waktu sekejap. Ibarat sebuah dahan pohon,bila ingin membentuknya,maka bentuklah sejak sedini mungkin, Begitu juga dengan anak anak kita.Setiap orang tua,yang waras pasti menyayangi anak anak mereka.Akan tetapi terlalu memanjakan mereka atau :"over protection",bukannya  membantu ,malahan secara tanpa sadar kita telah menjerumuskan mereka secara perlahan lahan.

Karena itu,bila anak sedang bermain main dan terjatuh, bila tidak membahayakan,maka biarkanlah ia berusaha untuk bangkit sendiri, Jangan  lantaran saking sayangnya, kita langsung berlari dan mengangkatnya, Bila hal ini dilakukan,maka kita telah menutup momentum dimana akan berkesempatan untuk belajar mandiri,

Jangan lupa, sebesar apapun kasih sayang kita kepada anak anak ,mustahil kita bisa melindungi mereka seumur hidup.Suatu waktu mereka harus mampu hidup mandiri. Kami telah menerapkan dalam mendidik anak anak kami,sehingga ketika harus melanjutkan studinya,ketiga putra dan putri kami berangkat seorang diri ke Amerika Serikat ,tanpa kami antarkan,walaupun pada waktu itu,saya masih pengusaha,,sehingga tidak ada masalah dengan biaya, Bahkan putri bungsu kami,diusia 15 tahun,naik pesawat menuju ke MIchigan seorang diri,

Tentu saja,orang tidak harus meniru gaya kami mendidik anak anak,karena setiap orang tua, berhak secara penuh untuk mendidik anak anak sesuai dengan keinginan hatinya, Tulisan ini,hanya sebagai sebuah masukan,yang diharapkan ada hal yang dapat dipetik,

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun