Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa dalam Bahaya Maut Kita Merasa Dekat kepada Tuhan?

21 April 2019   05:36 Diperbarui: 21 April 2019   07:52 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disaat kesadaran saya mulai menghilang,tiba tiba ada sebuah sorotan lampu ,difokuskan kewajah saja.  Saya sempat berpikir,mungkin saya sudah berada dialam lain,

Tapi.suara seseorang telah menyadarkan saya.Ternyata seorang Nelayan ,yang menengok saya ,menghentikan perahu motornya dan menyelamatkan saya. Tuhan sudah mengutus seorang malaikat penolong dalam ujud seorang Nelayan.untuk menyelamatkan saya dari kematian. Seandainya ,Nelayan tersebut menemukan saya terlambat beberapa detik saja,maka kemungkinan  ia hanya akan menemukan jazad saya.

Sejak saat itu,saya bertobat dan tidak berani lagi angkuh diri. Peristiwa ini terjadi ,pada hari Paskah tahun 1963 ,disaat saya masih duduk dikelas III SMA don Bosco di Padang. 

Paskah pada hari ini,tanggal 21 April,2019 berarti genap 56 tahun lalu, keangkuhan diri saya sudah terkubur di laut lepas. Seandainya ,Nelayan telambat menemukan saya hanya beberapa detik saja,maka hari ini akan merupakan hari ulang tahun kematian saya yang ke 56.

Karena itu,sebagai ungkapan rasa syukur yang tidak berkesudahan, saya selalu berusaha untuk menjadikan hidup saya bermanfaat bagi orang lain.Walaupun tidak mudah,namun saya akan terus berusaha melakukan introspeksi diri. Bagi saya pribadi,Paskah adalah matinya kesombongan dan keangkuhan diri !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun