dokumentasi pribadi/ roti tawar yang masih baru dengan tulisan FREE BREAD Â tidak ada yang mau mengambil
Membangun Karakter Harus Dimulai Sejak Anak-anak
Ada orang mencuri atau mencopet ,hanya agar bisa menafkahi anak istrinya ataupun untuk membeli obat bagi ibunya yang sedang tergolek sakit. Walaupun. apapun alasannya,mencuri adalah sebuah tindak kejahatan dan tidak pantas dilakukan.Â
Pelaku pencurian atau pencopet,mempertaruhkan nyawanya,demi mendapatkan uang yang tidak seberapa. Saya pernah menyaksikan seorang remaja berusia sekitar 15 tahun di Pasar Baru tertangkap karena mencopet uang Rp 10.000. Ia dihajar beramai ramai hingga dari mulutnya keluar darah. Kalau tidak cepat ditolong oleh seorang anggota TNI yang kebetulan lewat di sana, dapat dipastikan anak tersebut akan tewas atau cacat seumur hidup.Â
Walaupun sudah tergolek dan berdarah darah, tangannya masih menggengam selembar uang kertas Rp 10.000 yang sudah lusu. Seakan uang senilai  itu, jauh lebih berharga ketimbang nyawanya sendiri. Tapi ketika Koruptor yang sudah kaya raya masih mau merampok uang negara dalam jumlah fantastis, tidak seorangpun yang berani menyentuhnya.Â
Sebagai orang yang waras kita tidak habis berpikir, mengapa orang yang sudah kaya raya masih mau mengambil uang yang bukan haknya? Jawabannya adalah karena mentalnya adalah mental perampok. Bagaikan orang minum air laut, semakin diminum semakin haus. sehingga suatu waktu ia tidak mampu minum lagi. Kalau sudah sampai ketahap ini, maka segala kotbah tidak ada gunanya lagi karena sudah mendarah daging dan merasuk hingga ketulang belulangnya.Â
Mendidik Anak Sejak Dari Kecil
Mendidik anak ,tentu diawali sejak dari hal hal kecil dengan mengajarkan kepada mereka ,bahwa mencuri sekecil apapun adalah tindakan kejahatan. Termasuk mencuri jambu ataupun mangga tetangga. Selama lebih dari 10 tahun tinggal di Australia dan berpindah dari Queenland ke New South Wales dan di Australia Barat belum pernah menyaksikan anak anak mengambil buahan dipagar orang lain. walaupun dirumah tidak ada orang sama sekali. Karena sejak dari kecil mereka sudah dididik. Bahkan dikasih gratis saja, mereka tidak tertarik. Karena dalam diri mereka sudah ditanamkan,:"Kita bisa beli.biarlah yang gratis untuk orang tidak mampu"
Falsafah ini ,sudah mendarah daging bagi mereka,sehingga mereka sama sekali tidak tertarik untuk mengambil buah Apel ataupun pisang yang ditawarkan secara gratis. Bukan hanya anak anak,tapi orang dewasa juga merasa risih bila mengambil roti ataupun makanan yang ditawarkan secara gratis,karena merasa mampu membeli.
Begitu juga,kalau berkendara dalam jarak jauh, seperti pernah kami alami,dalam perjalanan jarak sekitar 800 km di jalan tidak ada yang jualan,tapi ada tempat khusus ,dimana disediakan minuman hangat dan minuman ringan,serta makanan kecil yang disediakan secrara gratis. Kalau ini, semua pengemudi dan penumpang turun untuk minum dan menikmati makanan kecil, tapi tidak ada yng mengambil lebih. Karena mental mereka sudah terdidik sejak dari kecil
Buahan dan makanan serta roti ini disumbangkan oleh toko roti dan supermarket bagi orang orang yang tidak mampu biasanya dipajang di toko Second Hands. Mungkinkah hal ini diterapkan di negeri kita ?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H