Ilustrasi:meme.com
Jadilah Perancang Nasib Sendiri
Dapat dipastikan bahwa semua orang pasti pernah mendengarkan ataupun membaca kutipan di atas. Bahkan mungkin sudah pernah mengucapkannya, baik bagi diri sendiri, maupun untuk memotivasi orang lain.Â
Tapi sayangnya, kalimat tersebut di atas, tidak lebih dari sebatas mengucapkan sesuatu yang enak didengar oleh telinga, namun kemudian dilupakan orang. Baik karena di dera oleh berbagai kesibukan, maupun akibat seluruh energi sudah terkuras habis dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Sehingga hal yang sesungguhnya sangat mendasar sebagai jalan untuk mengubah nasib, terabaikan.Â
Padahal kita sudah tahu, bahwa setiap orang adalah perancang nasibnya sendiri. Gagal merancang nasib, berarti secara tanpa sadar kita sudah merancang kegagalan dalam hidup kita. Hal ini bukan hanya sebatas teori yang muluk muluk, melainkan cara untuk menentukan jalan hidup yang mana yang ingin ditempuh? Kalau dianalogikan, orang yang keluar rumah tanpa tahu tujuannya mau ke mana, maka pada akhirnya selama seharian ia tidak berbuat apapun, selain dari menghabiskan waktu untuk hal hal yang tidak perlu.
Hindari Hidup Mengikuti ArusÂ
Mungkin pernah mendengarkan bahwa, "Hidup itu tidak perlu neko-neko ,pokoknya hidup saja mengikuti arus." Nah, inilah salah satu kekeliruan dalam cara berpikir yang dapat menyesatkan orang menjalani hidup, terombang ambing ke sana ke mari. Terkadang, dalam menghadapi kesulitan hidup, saran dan nasihat yang lemah lembut tidak mempan bagi diri kita.Â
Untuk mana, izinkanlah saya menuangkan sekilas pengalaman hidup saya. Ketika hidup kami sedang terpuruk, pikiran waras rasanya sudah tidak mampu berkerja. Suatu hari ketemu dengan salah seorang kerabat yang saya panggil Om karena merupakan sepupu dari ayah saya alm.Â
Dalam pertemuan tersebut, Om saya hanya berpesan singkat, " Effendi, kalau boleh Om nasihatkan Jangan hidup seperti ayam. Mengais hanya untuk makan sehari. Kalau tetap seperti ini, maka hingga rambut anda memutih, hidup anda tidak akan berubah!"
Pada waktu itu ,sejujurnya saya merasa sangat tersinggung karena merasa diri saya disamakan dengan seekor ayam. Maka saya hanya mengucapkan terima kasih sebagai sopan santun dan langsung pamitan. Hingga larut malam, kalimat "Jangan hidup seperti ayam" ,ungguh terasa sangat melukai hati, walaupun saya tahu bahwa Om saya bermaksud memberikan suntikan kepada saya. Sejak saat itu, saya selalu mengucapkan kepada diri saya sendiri bahwa, "Saya tidak mau jadi seperti ayam."
Mendapatkan suntikan yang terasa sangat menyakitkan, saya juga teringat akan pesan dari pak Djusan sewaktu saya kerja di pabrik PT PIKANI di desa Petumbak. Walaupun diucapkan lebih dari setengah abad lalu, namun bagi diri saya serasa seakan baru kemarin saya dengar, yakni " Aseng (begitu pak Djusan memanggil saya) dengarkan nasihat saya, "Kalau kau hidup mengikuti arus, maka tak ubahnya kau bagaikan sampah. Karena hanya sampah dan bangkai ayam Yang hanyut mengikuti arus."
Menjadikan Cambuk Diri
Nasihat yang keras dapat menyebabkan kita sakit hati dan menaruh dendam kepada orang yang telah menasihati kita karena merasa,mentang mentang diri kita miskin, maka orang bisa berbicara semaunya. Tetapi bilamana kita sadar bahwa semuanya untuk kebaikan diri sendiri, maka seharusnya dijadikan cambuk diri untuk bekerja lebih keras dan lebih cermat Agar jangan menjadi seperti ayam atau menjadi seperti sampah,yang hanya hanyut mengikuti ke mana arus membawanya.
Saya bersyukur mendapatkan dukungan moril dari pendamping hidup saya yang selalu mengingatkan bahwa semua nasihat orang betapapun terasa tidak nyaman bahkan menyaktitkan dijadikan motivasi untuk memperbaiki jalan hidup. Dan cambuk ini, ternyata telah berhasil memutus belenggu diri dan berani bermimpi besar. Kelak dengan penuh rasa syukur, saya menemukan jalan untuk mengubah nasib dan berterima kasih kepada Om saya yang dulu telah menyuntik saya dengan kalimat "Jangan hidup seperti seekor ayam."
Impian Hidup Adalah Ibarat Bahan Bakar Bagi Kendaran
Impian atau cita cita ini adalah ibarat bahan bakar bagi kendaraan agar tetap dapat melaju mencapai tujuannya. Tanpa memiliki cita-cita, maka dapat dipastikan orang akan berjalan di tempat sepanjang perjalanan hidupnya. Tanpa cita-cita, hidup akan menjadi tanpa gairah. Orang yang hidup tanpa cita-cita akan menjalani hidupnya secara monoton dan tidak antusias dalam menjalani kehidupan.
Fokus Mengubah Nasib
Biasanya kita gampang tergoda sehingga impian kita berubah ubah. Misalnya pada awalnya impian kita adalah memiliki sebuah rumah baru. Untuk mana kita sudah bekerja keras dan menabung untuk mewujudkan impian tersebut menjadi kenyataan. Tetapi hanya selang beberapa bulan kita berubah pikiran karena merasa sebuah mobil lebih diperlukan dari sebuah rumah.Â
Maka ketiga gagal fokus, buyarlah impian kita. Karena itu konsistensi untuk tetap pada tujuan utama adalah kunci untuk mewujudkan impian anda. Untuk dapat menjadi pribadi yang konsiten perlu disiplin diri. Dan tentu tak kurang pentingnya, yakni menghindari hidup yang konsumtif.Â
Kita tidak perlu mengikuti gaya hidup orang lain demi gengsi. Hiduplah sederhana agar hasil kerja keras kita, dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk biaya pendidikan anak anak, tapi juga untuk hari tua kita.
Kerja keras sewaktu kita masih muda tidak menjadi masalah demi untuk dapat menikmati hari tua dengan santai. Hal ini jauh lebih menyakitkan bilamana yang terjadi sebaliknya, yakni ketika muda hidup berfoya- foya dan di saat menua, hidup mati gaya.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI