Lain Dulu Lain Kini
Tapi kisah diatas adalah cerita tahun 2000-an. Begitu bergabung dengan Kompasiana, saya baru sadar diri bahwa saya harus belajar menulis. Jangankan masuk ke Headline, malahan banyak tulisan saya yang hl alias lewat saja. Kecewa? Pasti, tapi hal ini tidak membuat saya berputus asa.Â
Saya terus belajar setiap hari. Membaca dan mencoba menulis sebaik mungkin. Walaupun hingga hari ini, mas/mbak Admin Kompasiana selalu berbaik hati untuk membantu mengedit judul tulisan saya dan bahkan memilihkan gambar pendukung yang serasi.
Kalau saya hanya terpaku pada "Dulu karya tulis saya Best Seller dan merasa angkuh diri untuk mau belajar, maka sudah sejak lama saya tidak menulis lagi. Saya bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada Admin dan teman teman yang selalu memberikan apresiasi pada hampir stiap tulisan saya yang menjadi energi motivasi bagi diri saya pribadi.
Hingga saat ini, saya terus belajar dengan rajin membaca dan berulang ulang mengedit naskah artikel sebelum di published, walaupun ternyata masih banyak kesalahan typho dan gaya "menggurui" terhadap cucu-cucu hingga terbawa dalam tulisan saya tanpa sadar.
Learn From the Cradle Into the Grave
Quote yang selalu saya jadikan falsafah dalam menulis adalah "Learn from the Cradle into the Grave" yang artinya belajar sejak dari buaian hingga akhir hayat.
Nah,teman teman yang merasa dirinya sudah tua, mungkin dapat membandingkan dengan usia saya yang tahun ini menunjukkan angka ke 76. Mungkin ada yang lebih tua daripada usia saya? Hingga saat ini menurut catatan di profile saya, tulisan saya sejak Oktober 2012 hingga hari ini 28 Maret 2019 baru mencapai 3.997.
Tulisan ini sama sekali bukan untuk pamer pencapaian, melainkan hasrat hati, mampu menginspirasi dan memotivasi bagi kaum muda agar jangan pernah berhenti belajar.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H