Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mendidik Anak Menjadi Kolektor, Mengapa Tidak?

27 Maret 2019   21:11 Diperbarui: 27 Maret 2019   21:13 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: salah satu koleksi piring hitam tjiptadinata effendi

Menjadi Kolektor tidak harus memiliki modal besar,karena bisa disesuaikan dengan kemampuan diri masing masing. Bagi yang uangnya banyak,tentu koleksinya boleh jadi mobil mewah ,jam tangan Rolex atau tas tangan wanita yang harganya puluhan juta rupiah .Tapi biarlah itu menjadi urusan kalangan high class.

Yang akan diulas disini adalah mengoleksi ,barang barang yang disesuaikan dengan kondisi masing masing. Seperti mengoleksi:

  • papan catur
  • koin 
  • perangko bekas
  • keris
  • pisau
  • piringan hitam
  • dan sebagainya

uang-kuno-pisau-5c9b830495760e46ef5653e2.jpg
uang-kuno-pisau-5c9b830495760e46ef5653e2.jpg

ket.foto: salah satu koleksi pisau dari Alaska/tjiptadinata effendi

Hobi Yang Bermanfaat Ganda

Mendidik anak anak untuk mengawali menjadi Kolektor,akan  memberikan manfaat ganda .Bukan hanya dididik untuk memanfaatkan waktu secara positif,tapi sekaligus menambah wawasan anak dibidang pengetahuan umum. Memotivasi anak anak,untuk rajin menabung,untuk semakin melengkapi koleksinya.

Untuk jangka waktu panjang, mengoleksi barang barang yang awalnya ,nilainya tidak berarti,ternyata kelak dapat menjadi investasi . Sebagai contoh. sejak dari SMP saya sudah hobi mengoleksi perangko bekas,tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Saya datangi tempat sampah di kantor kantor dan kemudian minta izin untuk mengambil perangko bekas yang ikut terbuang ditempat sampah,bersamaan dengan sobekan kertas lainnya. Pada awalnya saya hanya mengumpulkan secara acak dan baru kemudian belajar bagaimana mengumpulkan seri demi seri. Yang sudah double ,saya tukar dengan sesama teman yang hobi mengoleksi perangko bekas. 

Album perangko yang berisi perangko bekas ini,dulu nilai nominalnya sangat kecil.tapi belasan tahun kemudian,ketika kehidupan kami terpuruk,saya jual dengan harga yang fantastis menurut ukuran diri saya pada waktu itu.

uang-kuno-pisau-mesir-5c9b833c9715943a4d5358a2.jpg
uang-kuno-pisau-mesir-5c9b833c9715943a4d5358a2.jpg

ket.foto: koleksi pisau dari Tibet/tjiptadinata effendi

Ada Koleksi Pisau dan Koin

Selain dari koleksi perangko bekas yang sudah saya jual,masih tersimpan lebih dari seratus jenis pisau dari berbagai negara ,yang saya mulai mengumpulkannya sejak  tahun 1980,ketika kami sudah mampu melakukan perjalanan keluar negeri. 

Koleksi pisau sudah saya lakukan sejak tahun hampir 40 tahun lalu,  sudah berhasil mengoleksi aneka ragam pisau pisau antik dari 5 benua. Pernah ditawar dengan nilai jual yang sangat fantastis,namun saya tidak menjualnya. Karena koleksi itu hanya sekali dapat saya lakukan seumur hidup. Rencananya kelak akan saya wariskan kepada salah satu cucu kami yang berminat.Selain itu,masih ada ratusan keping koin dari belasan negara ,yang masih saya simpan hingga saat ini. 

uang-kuno-4-5c9b837b9715946904715812.jpg
uang-kuno-4-5c9b837b9715946904715812.jpg

ket.foto: uang kertas lawas /tjiptadinata effendi

Koleksi Uang Kertas Lawas 

Yang tidak kalah menariknya adalah mengoleksi uang kertas,yang sudah lama tidak lagi beredar.Pada waktu itu,harganya sangat murah.tapi kini kalau membaca berita di berbagai media,salah satunya di tribun.news. harga uang kertas lawas tahun 1950 an ,sangat fantastis.karena mencapai nilai jutaan rupiah per satu lembar,bahkan yang langkah bisa menjadi harga puluhan juta rupiah.

Walaupun sebagian besar,sudah rusak,karena terendam banjir,ketika kami masih tinggal di pasar Tanah Kongsi.tapi masih tersisa sebagian yang dapat diselamatkan,termasuk uang kertas lawas tahun 1950 an

uang-kuno-1-5c9b83cf95760e46ef5653e4.jpg
uang-kuno-1-5c9b83cf95760e46ef5653e4.jpg

dokumentasi: tjiptadinata effendi

Hanya Perlu Pemahaman Dasar 

Untuk menjadi seorang kolektor yang baik, tentu banyak sekali hal-hal yang perlu dipelajari. Tapi sebagai kolektor amatiran setidaknya mengetahui istilah-istilah sederhana bila berminat mengoleksi uang ataupun setidaknya untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Kualitas UNC

Yang disingkat dengan UNC yang artinya masih Uncirculated,yakni masih  original dan belum digunakan. Lembaran di ambil dari gepokan uang kertas yang masih dalam segel. Belum ada bekas lipatan sekecil apapun dan tidak ada noda setitik pun.

 Kualitas EF/XF

Extremely Fine artinya sudah digunakan, tapi kondisi sangat baik. Terdapat bekas lipatan tapi tidak membekas dan semua permukaan masih utuh dan gambar tampak masih mengkilat.

Kualitas VF

Very Fine ada tanda-tanda sudah digunakan tapi masih sangat baik. Ada bekas lipatan dan tanda tanda bekas digunakan seperti bekas goresan namun kondisi masih sangat baik.

Kualita Fine

Sudah digunakan berkali kali tapi kondisi masih bagus. Sudah tampak bekas bekas lipatan di mana-mana tapi secara keseluruhan masih bagus.

Kualitas Fair

Kondisi uang kertas sudah lecet dan di sana-sini ada cacat dan tidak utuh lagi.

Kualitas Poor

Kondisi sudah sangat rusak, ada bekas tambalan dan berlubang di sana-sini.

uang-kuno-2-5c9b83f6cc528322b864eb82.jpg
uang-kuno-2-5c9b83f6cc528322b864eb82.jpg

dokumentasi:tjiptadinata effendi

Yang Dimaksudkan Dengan Manfaat Ganda

Selain dari mendidik anak untuk disiplin diri ,sekaligus memperkaya pengetahuannya dalam berbagai hal,sekaligus dapat menjadi investasi bagi anak anak dimasa depan. Karena koleksi yang hari ini,nilainya mungkin cuma beberapa ribu rupiah, belasan tahun kelak,akan memiliki nilai jual yang sangat fantastis. 

Namun yang perlu dipahami,kalau membaca berita,bahwa satu lembar uang kertas lawas,harganya ditawarkan 100 juta rupiah.jangan lantas berpikir dalam waktu sekejap.koleksi kita bisa dijual dengan harga seperti yang diberitakan. 

Karena harga yang di korankan ,adalah  harga dari yang mau menjual koleksinya,sedangkan harga rilnya,tentu berdasarkan kesepakatan antara yang mau membeli dan si Penjual.Hal ini penting,agar jangan sampai angan angan kita melambung terlalu tinggi. 

Sebagai contoh, saya masih menyimpan uang kertas lawas tahun 1948 ,yang menurut di koran ,harganya bisa mencapai sekitar seratus juta rupiah.Tapi karena kondisi uang tersebut sudah menurun dan mencapai titik kualitas Fair,maka belum dapat dipastikan berapa harga rilnya,bilamana saya ingin menjualnya.

Semoga penjelasan singkat ini ,ada manfaatnya. Ketimbang anak mabuk main gim sepanjang hari,alangkah eloknya ,diajak untuk mulai mengoleksi barang barang yang sesuai hobinya.Ada begitu banyak pilihan tersedia disekeliling kita.tinggal terserah kita ,mau memanfaatkan peluang ini atau tidak?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun