Karena itu pada kesempatan ini saya mohon agar jangan memberikan saya hadiah apapun. Karena masih banyak orang lain yang lebih membutuhkan daripada diri saya. Mohon doa saudara saudara semua,agar saya dapat menjalankan tugas saya ditempat baru dengan lebih baik. Dan sekiranya selama ini ada tutur kata dan tindakan saya,yang tidak menyenangkan,dengan setulus hati,saya mohon maaf. "
Beberapa bulan lalu, saya dan istri menyempatkan diri untuk mengunjungi Pastor Joe di tempat tugasnya yang baru,yakni di gereja Armadale. Usai misa kami diajak ke rumahnya dan diundang minum kopi dan sepotong kue. Lagi lagi Pastor Joe membuktikan bahwa tugas seorang Pastor adalah melayani.
Ia mempersiapkan 2 cangkir kopi untuk kami berdua. Dan karena kue yang ada tidak cukup untuk dimakan bersama. Maka Pastor Joe mengatakan,bahwa ia sudah makan. Walaupun pertemuan kami pada waktu itu sangat singkat, karena ia harus buru buru memperisiapkan Misa berikutnya, setidaknya telah menjadi kenangan abadi bagi kami berdua.Â
Karena kelak kalau kami berkunjung lagi kesana, kami tidak akan pernah menemukan Pastor Joe yang selalu  menyambut siapa saja dengan senyuman yang cerah dan  ceria. Sosok orang yang rendah hati yang bernama Joseph Tran itu telah dipanggil Tuhan
Ia tidak pernah membahas ayat kitab suci dalam kothbahnya,namun seluruh rangkaian hidupnya sudah merupakan kotbah yang bernyawa bagi orang banyak. Ia tidak pernah mengritik umat bagaimana seharusnya melayani, tapi ia memberikan contoh nyata.Â
Ia tidak pernah berkotbah tentang kerendahan hati,tapi mempraktikannya terhadap siapapun. Sungguh sosok Pastor Joe ,telah menjadikan seluruh hidupnya sebagai rangkaian kotbah bernyawa..
Mengapa prang baik begitu cepat dipanggil Tuhan? Tentu hal tersebut merupakan hak preogatif Tuhan dan kita tidak berhak untuk mempertanyakannya.
Tjiptadinata Effendi