Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkali Kali Menghadapi Maut, Memberikan Kesadaran tentang Makna Hidup

26 Februari 2019   21:25 Diperbarui: 26 Februari 2019   21:43 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin Menyadarkan Saya Agar Selalu Rendah Hati

Setiap orang ,dalam perjalanan hidupnya, hampir pasti pernah mengalami hal hal yang mencengkam, disaat saat menghadapi bahaya maut. Misalnya, berada dalam penerbangan ke Jayapura dengan menumpang pesawat, yang pada waktu itu,masih menggunakan baling baling atau lazim dikenal dengan istilah  pesawat turboprop.

Tiba tiba satu baling balingnya tidak bekerja ,sehingga pesawat kehilangan kontrol dan terbang tidak seimbang. Kepanikan menyebabkan para penumpang menjadi histeris dan tiba tiba saja semua penumpang, mendadak pintar berdoa dalam berbagai cara dan gaya. Pesawat memutar arah dan kembali ke Jayapura dan syukur berhasil mendarat dengan selamat.  

Nah, bila menghadapi bahaya secara kolektif atau bersama sama,walaupun ada rasa was was,namun rasa ketakutan tidak terlalu mencengkam .Hal ini berbeda, bilamana secara pribadi kita menghadapi saat-saat yang menentukan, mati hidupnya kita seorang diri.

Apa Gunanya Membuka Aib Kita di Media Sosial?

Kalau agar orang kagum,jelas tidak ada alasannya.Masa iya  ,orang hampir mati ,dikagumi ? Tujuannya,adalah untuk mengingatkan  agar sesungguhnya ada begitu banyak hal yang patut disyukuri,ketimbang menjadi alasan untuk berkeluh kesah. Adakah harta yang lebih berharga,ketimbang kehidupan kita sendiri?

Kembali Fokus Kejudul Tulisan

Tenggelam sewaktu masih SMP - sesaat ketika kesadaran mulai hilang,saya masih sempat berdoa,minta ampun untuk dosa dosa saya  dan kemudian merasa tubuh saya ada yang mengangkat. Ternyata diselamatkan oleh nelayan yang baru pulang dari laut. 

Terpancang di  pagar bambu - merupakan pengalaman sewaktu masih di SMA - ketika berburu tupai dikampung,saking antusias akan mengambil tupai yang tertembak, saya memanjat pohon dan melompati pagar bambu. Ternyata  kaki celana tersangkut dan jatuh pas diatas pagar yang terbuat dari bambu runcing. Sobek dari paha hingga kebatas perut. Syukur masih selamat

Jatuh dari pohon dan geger otak - sebelum menikah,saya jatuh dari pohon jambu dengan posisi kepala terlebih dulu. Mengalami geger otak yang parah,dari hidung dan mulut keluar darah. Terbaring berbulan bulan dan sekarat. Menurut tim dokter,sudah tidak ada harapan lagi. Saya diberikan sakramen perminyakan suci dan dikelilingi seluruh anggota keluarga, serta didoakan, semoga masuk surga. Tapi saya masih diizinkan untuk memperpanjang izin tinggal di dunia ini. Setahun kemudian saya sembuh

Jatuh dari sepeda motor - ketika akan menjemput istri tercinta ,yang pada hari itu diwisuda di IKIP Padang,yang lokasinya di Air Tawar, tiba-tiba ada seorang tua yang menyeberangi jalan, sambil menuntun sepeda. Saya mencoba membelokkan sepeda motor, agar jangan sampai menabrak pria ini,tapi saya terbanting di aspal dan tidak sadar diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun