Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Retaknya Hubungan Antar Teman dan Keluarga Bisa Bertaut Kembali Usai Pilpres?

17 Februari 2019   20:48 Diperbarui: 17 Februari 2019   21:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: manfaatkan pertemuan untuk merekat hubungan yang mungkin sempat terputus./foto dokumentasi pribadi

Mungkin Butuh Waktu Yang Cukup Panjang

Perdebatan yang terjadi antara dua orang kandidat Presiden RI,ternyata telah menciptakan  perseteruan antara kedua kelompok pendukung, masing masing kubu. Gesekan demi gesekan, menyebabkan timbulnya api yang membakar antara kedua kelompok. Pertikaian, bukan semata karena beda etinis,budaya ataupun beda agama, tapi sudah merambah siapa saja,yang ikut "bermain" dukung mendukung.

Untuk membuktikan,tidak perlu kita harus berselancar di google, karena hampir setiap orang Indonesia,yang melek dunia maya,pasti sudah menyaksikan, bahkan mengalami sendiri. Perang komentar di  berbagai media sosial,yang menyebabkan orang orang yang tadinya merupakan sahabat kental di dunia maya mendadak menjadi lawan. Bahkan diikuti dengan gerak cepat: "meng unfriend" teman yang dianggap beda pilihan.

Berlanjut Hingga Ke WAG Keluarga

Silakan disimak WAG ,yang biasanya tempat :"nangkring "sesama teman,baik teman teman semasa kecil. maupun teman karena satu komunitas. Selanjutnya ,masih ada WAG Keluarga. Biasanya, Grup ini merupakan  ruang pertemuan di dunia maya, dengan saling mengucapkan :"Selamat Pagi " ataupun menyampaikan berita gembira, seperti:

  • undangan pernikahan anggota keluarga
  • undangan ulang tahun
  • berita duka
  • berbagi berbagai kisah antar keluarga

Akan tetapi belakangan, sarana untuk saling mempererat hubungan persahabatan dan kekeluargaan yang sudah sempat terputus selama bertahun tahun,bahkan mungkin saja belasan tahun, bisa direkat kembali. sudah berubah fungsi menjadi arena debat kusir. Yang tidak ingin terlibat dalam  pertikaian,satu persatu:"offline" dengan berbagai alasan. 

Bagi anggota grup yang merasa atau mencium bau, bahwa Admin grup adalah pendukung salah satu Capres dan  kebetulan tidak sesuai dengan pilihan hatinya, mulai meninggalkan grup satu persatu. Semakin hari grup sepi dan mati. Walaupun ,sudah sejak awal diingatkan, bahwa WAG  bukan tempat untuk membicarakan  politik, tapi tetap saja ada yang membandel.yang mengirim foto salah satu dari Capres.

Manfaatkan Momentum Makan Bersama Untuk Cegah Perpecahan

Kami  memanfaatkan ,waktu kunjungan kami ke Padang,untuk mencegah terjadinya perpecahan antara sahabat dan kerabat ,dengan mengundang makan bersama. Dalam acara tersebut,tidak satu patah kata,juga kami menyebutkan nama nama yang dapat memicu rasa tidak nyaman antar seluruh yang hadir. Walaupun pasti,bahwa diantara yang hadir,tidak mungkin seratus persen satu suara dalam memilih Capres, tapi hal ini dapat dicegah dengan memanfaatkan momentum makan bersama dengan nyanyian bersama. Salah satunya adalah lagu: "Minangkabau Tanah nan den Cinto"

Cara Pasif Adalah Menunggu Usai Pilpres

Cara pasif untuk mempersatukan kembali yang sudah retak, akibat beda pilihan adalah dengan menunggu usainya Pilpres. Tapi tentu saja hal ini hanya sekedar sebuah harapan. Butuh waktu panjang ,untuk merekat kembali yang sudah retak. Karena itu,alangkah eloknya,jangan menunggu,tapi secrfa pro aktif,mengundang sanak keluarga dan sahabat untuk bertemu,walaupun hanya sekedar minum secangkir kopi bersama

Membangun hubungan baik,butuh waktu bertahun tahun,tapi untuk merusaknya,cukup dengan menyebut satu nama Capres di grup,maka dalam waktu singkat,nama itu menjadi virus,yang menggerogoti perasaan seluruh anggota grup,tidak peduli nama siapa yang disebut. 

Semoga kita semua sadar diri,bahwa bentuk kepedulian terhadap masa depan negara dan bangsa indonesia,tidak harus dalam bentuk  ,pekikan perang, yang mungkin membuat diri kita serasa pahlawan untuk sesaat,tapi resikonya,kita akan kehilangan sahabat dan sanak famili hanya karena latah ikut debat kusir Kecuali memang kita adalah bagian dari tim sukses salah satu Capres dan ditugaskan untuk itu.

Tulisan ini, hanya merupakan pendapat pribadi,tidak mewakili siapa siapa. Kalau dianggap ada manfaatnya,ya syukurlah ,tapi kalau dianggap tidak ada manfaat yang dapat dipetik, tentu silakan diabaikan saja.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun