Ketika hidup kita sedang berada dimasa masa keemasan,maka kemanapun kita pergi,akan selalu ada yang mau menemani kita. Akan tetapi, bila hidup kita sedang terpuruk maka satu satunya orang yang dengan ikhlas mau mendampingi kita siang dan malam adalah pasangan hidup  kita.
Orang lain mungkin akan mengekspresikan rasa simpati dengan mengujungi kita, membawa oleh oleh ataupun berusaha membantu kita sesuai kemampuannya.
Namun setelah itu, masing masing orang memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya, sehingga tidak mungkin dapat menemani kita siang dan malam.Â
Hal inilah yang agaknya seringkali dilupakan orang, sehingga hal hal kecil dapat memicu pertengkaran dalam rumah tangga.
Untuk memiliki kesadaran diri, orang perlu belajar ilmu kehidupan dari pengalaman hidup masing masing. Karena tidak pernah diajarkan di bangku universitas manapun di dunia ini.
Ketika saya terbaring sakit karena paru paru terluka akibat jatuh ketika berkerja sebagai kuli bongkar muat barang, dalam kondisi antara sadar dan tidak, satu satunya wajah yang tampak adalah wajah istri saya.
Ketika itu saya kerap batuk mengeluarkan darah segar. Namun tak mampu untuk berobat kedokter, dari mana dapat uangnya.
Maka istri saya pergi mencari daun dadi dadi, di perkarangan tetangga. Daun itu kemudian dibersihkan dan direbus. Air rebusan daun herbal tersebut diminumkan pada saya.Â
Di kala terbangun tengah malam ternyata istri saya langsung terjaga, karena tidur sambil duduk di samping tempat tidur. Karena harus mengganti kompres yang berupa handuk yang dibasahkan, karena saya mengalami demam tinggi.
Wajahnya yang pucat dan kurus, membuat hati saya semakin galau. Saya bertekad, tidak ingin wanita yang mencintai saya dengan sepenuh hati ini jatuh sakit karena merawat diri saya. Belum  lagi, ia harus merawat putra kami yang sering mengalami kejang kejang.
Hal ini kembali dibuktikan, ketika beberapa tahun lalu, saya terbaring di Wollongong Public Hospital, karena terjatuh dari tangga pesawat dan mengalami perdarahan di dalam.
Hasil rontgen menunjukkan hampir seluruh paru paru saya sudah terinfeksi dan bobot tubuh merosot hingga tersisa 58 kg dari 73 Kg.
Di saat saat sekarat, kembali istri saya menunjukkan kecintaannya yang mendalam. Syukur beberapa bulan kemudian saya sembuh.
Sejak saat itu, ungkapan rasa cinta dari wanita yang sudah menjadi istri dan ibu dari anak kami yang waktu itu baru satu orang menjadi prasasti dalam hati saya.
Di sana terukir sumpah saya, yakni: "Saya tidak akan pernah menghianati wanita yang telah memberikan segala galanya bagi diri saya"
Betapapun bebalnya perasaan seorang laki laki, mustahil akan tega menghianati wanita yang telah membuktikan cintanya dengan sepenuh hati!
Setiap kali ada godaan, maka bayangan ketika saya terbaring sakit berbulan bulan seakan diputar ulang di depan mata dan saya segera sadar diri.
Seorang istri akan sia sia memeriksa ponsel suami ataupun secara diam diam memeriksa isi dompet suami mencari tahu password suami dan sebagainya. Karena memata matai suami hanya akan mengundang keributan dalam rumah tangga.
Tulisan ini hanya sebuah refleksi diri yang sengaja ditulis dengan harapan dapat menjadi masukan bagi orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H