Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persahabatan yang Tak Pupus oleh Perjalanan Waktu

13 Januari 2019   09:28 Diperbarui: 13 Januari 2019   09:50 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walaupun menggunakan kosa kata yang sama yakni "sahabat", akan tetapi dalam kenyataannya pengertian "sahabat" terbagi atas beberapa kriteria. Antara lain:

1. Sahabat bisnis

2. Sahabat berdasarkan kepentingan

3. Sahabat sejati

bersama mantan murid 50 tahun lalu/domumentasi pribadi
bersama mantan murid 50 tahun lalu/domumentasi pribadi
Sahabat Bisnis

Sahabat Bisnis hanya berlangsung selama antara orang yang bersahabat saling menguntungkan. Persahabatan ini secara otomatis akan terputus bilamana kondisi saling menguntungkan ini tidak lagi terpenuhi dan secara pribadi, saya sudah merasakannya. Karena itu tidak salah kalau ada pribahasa mengatakan bahwa dalam bisnis tidak ada sahabat sejati.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri

Sahabat Berdasarkan Kepentingan

Ada juga persahabatan terjalin karena berdasarkan kepentingan, karena saling membutuhkan. Bilamana salah satu ataupun keduanya merasa sudah tidak lagi saling membutuhkan, maka secara perlahan persahabatan yang didasarkan atas kepentingan akan memudar dan kemudian terputus.

Sahabat Sejati

Persahabatan sejati terjalin bukan karena saling mengharapkan mendapatkan sesuatu dari orang yang akan "direkrut"menjadi sahabat kita. Melainkan sahabat yang terjadi setelah melalui berbagai tahapan. Pertama berkenalan dan kemudian dilanjutkan dengan saling komunikasi dan kemudian meningkat menjadi hubungan persahabatan.

Dalam hubungan persahabatan yang termasuk kriteria ini antara  kedua belah pihak bukanya mengharapkan akan mendapatkan "sesuatu", malahan sebaliknya akan saling berusaha untuk memberikan "sesuatu" Kata "sesuatu " ini tidak melulu  diterjemahkan sebagai materi, melainkan dapat merupakan saling menghargai. 

Salah satunya adalah memenuhi undangan untuk bisa bertemu. Walaupun untuk dapat bertemu tidak selalu mudah. Sebagai contoh aktual ketika  saya mengundang teman-teman dan kerabat untuk bisa sekedar bertemu dan makan siang ataupun makan malam bersama tidak sedikit "pengorbanan" yang harus dilalui. 

Misalnya "Biaya transportasi dari rumah masing-masing ketempat undangan, waktu yang dibutuhkan dan belum lagi harus meninggalkan kepentingan lain hanya untuk dapat bertemu. "Pengorbanan" yang mereka berikan merupakan penghargaan tidak ternilai.

Apalagi ada yang khusus datang dari Padang dan dari luar kota jakarta. Kalau tidak ada jalinan rasa persahabatan yang kental dalam diri, mustahil orang akan mau membuang waktu dan biaya transportasi pulang pergi hanya untuk sekedar sepiring nasi di rumah makan Padang Disinilah sebuah persahabatan sejati teruji dan terbukti. Padahal kami sudah terpisah selama bertahun tahun,bahkan ada yang terpisah selama puluhan tahun lalu dan baru saat ini ketemu.

bersama adik kelas /dokumentasi pribadi
bersama adik kelas /dokumentasi pribadi
Sahabat Sejati Masih Ada di Era Mileneal Ini

Ternyata sahabat sejati masih tetap eksis walaupun zaman sudah mengalami perubahan demi perubahan, yakni dari zaman jadul hingga zaman modern dan kini memasuki era zaman Mileneal.Setidaknya hal ini kami rasakan. Antara lain :

Re-uni Dengan Mantan Murid

Re-uni Dengan Sahabat Lama

Re-uni Dengan Sanak Keluarga

Mengambil tempat di Restoran Sari Minang yang berlokasi di jalan Juanda, Jakarta. kemarin tanggal 12 Januari 2019 kami sudah mengawali langkah pertama dalam Kopdar Marathon yang kami jadwalkan selama berada di Jakarta

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kegembiraan dan Kesedihan Berbaur Menjadi Satu

Dalam pertemuan kami kemarin, baik dengan mantan murid murid kami yang kini rata-rata sudah berumur diatas 60 tahun dan pertemuan engan sahabat lama dan ex SMA don Bosco dan dengan sanak famili, rasa gembira, haru dan sedih seakan berbaur menjadi satu. Kami bersyukur dan  sangat gembira karena undangan yang kami sampaikan, mendapatkan penghargaan yang luar biasa. 

Yang hadir jauh melebih harapan kami, sehingga dari ruang VIP yang memuat 20 orang kami pindah ke ruang VIP yang lebih besar. Pertemuan demi pertemuan yang sangat mengharukan. Mendapakan berita bahwa mantan murid murid kami rata-rata sudah jadi orang sukses, bahkan ada yang menjadi pemilik beberapa perusahaan.

Tapi ketika mendapatkan berita bahwa beberapa dari antara mantan murid murid saya ada yang sudah meninggal dunia. Maka rasa gembira, haru, dan sedih seakan berbaur menjadi satu.

Begitu juga ketika mendapat kabar bahwa ada sahabat dan kerabat kami yang tidak bisa datang, karena sudah tidak bisa lagi berjalan, sungguh merupakan berita yang sangat menyedihkan. 

Hal ini menghadirkan kesadaran diri, bahwa hidup penuh dengan suka dan duka.Ada kalanya kita bersuka cita ,namun ada kalanya berduka, bahkan disaat kami bersyukur bahwa masih bisa bertemu, setelah setengah abad terpisah disudut relung hati terasa kesedihan, bahwa banyak dari antara teman teman sekelas di SMA don Bosco sudah dipanggil Tuhan. 

Dari 10 nama yang saya tanyakan, ternyata lebih dari separuhnya sudah lebih dulu pulang kehadirat Sang Pencipta. 

Kami baru pulang setelah lebih dari dua jam bersama sama dan sebelum pulang,saya malahan mendapatkan "angpau " dari mantan murid, dari kerabat kami. Pertemuan yang merupakan kenangan indah bagi kami semuanya.

Ternyata persahabatan yang tidak pupus oleh waktu dan tak lekang oleh panas dan tak lapuk dimakan hujan, masih tetap ada di zaman mileneal ini. Zaman boleh berubah, namun persahabatan sejati tidak boleh ikut tergerus. Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan, kehadiran kami berdua,disambut begitu hangat!

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun