Pembangunan infrastruktur di negeri kita mengalami kemajuan yang luar biasa. Begitu cepatnya, sehingga kemungkinan besar tidak mampu diikuti oleh sistem pengorganisasian yang mengatur penerapan dan penggunaannya, khususnya dibidang layanan dan fasilitas yang  dibutuhkan masyarakat dalam bidang transportasi di sektor publik.Â
Dalam hal ini, mungkin tidak ada salahnya kita (Pemerintah Indonesia) melihat cara yang diterapkan di Australia, khususnya di Australia bagian Barat. Setidaknya, sebagai sebuah perbandingan seandainya memang dinilai lebih effisien dan efektif, maka tentu tidak ada salahnya mencontoh sesuatu yang baik, bukan?.
Salah satu contoh adalah diterbitkannya kartu Transperth bagi setiap warga yang menggunakan transportasi publik, seperti Bus, Kereta Api dan kapal Feri.Â
Kartu ini bisa diperoleh di kantor Transperth dan kita boleh mengisi, seperti mengisi pulsa Ponsel. Kalau sudah memiliki kartu Transperth ini, maka selanjutnya bisa diisi lewat mesin otomatis yang ada di setiap terminal bus dan stasiun kereta api yang terdapat diseluruh wilayah Australia Barat.Â
Setiap kali kita naik Bus, Kereta Api atau Kapal Feri, maka kartu ini di "tag", kemudian pada layar tampak saldo dari kartu kita, sehingga kita tahu bilamana saldo sudah minim dan perlu diisi lagi. Dengan demikian, warga tidak sibuk membawa berbagai jenis kartu karena satu kartu sudah berlaku untuk semua fasilitas transportasi publik.
Bagi pemegang Kartu Transperth dan sekaligus Kartu Senior, karena sudah berumur 65 tahun bagi pria dan 63 tahun bagi wanita maka menggunakan seluruh transportasi di wilayah Australia Barat adalah gratis, kecuali pada jam jam sibuk ada biaya 3 dolar selama satu hari.Â
Hal ini juga berlaku bagi transportasi air seperti Feri yang mengantarkan para penumpang, kemudian memberikan kesempatan untuk jalan-jalan di lokasi wisata dan kemudian kembali lagi ke dermaga keberangkatan, tanpa membayar hanya dengan  menunjukkan kartu Transperth dan Kartu Senior.
Dari kediaman kami dengan berjalan kaki hanya sekitar 3 menit sudah ada Halte Bus, sehingga kalau lagi iseng kami naik Bus maka cukup berjalan sekita 200 meter sudah tiba. Dari tempat kami menuju ke Joodalup ada beberapa pemberhentian bus lagi, sehingga ketika pulang maka para penumpang cukup menekan tombol dan Bus akan berhenti pada stopan terdekat.Â
Dengan cara ini pengguna Bus tidak harus berjalan jauh untuk bisa tiba dirumah masing-masing. Mengingat di sini tidak ada ojek atau bemo yang bisa mengantarkan orang yang tinggal di jalan kecil.
Bila sesudah jam 7.00 malam, maka penumpang boleh memencet bel, kalau mau turun tanpa harus menunggu bus tiba di pemberhentian Bus. Hal ini untuk mempermudah para penumpang yang menggunakan  transportasi umum di malam hari.
Apalagi hal  ini  menyangkut kebutuhan masyarakat dibidang transportasi mengingat sebagian besar masyarakat di Indonesia belum  memiliki kendaraan pribadi. Untuk menerapkan Kartu "All in One" tidak sulit asal saja ada koordinasi yang baik antar Instansi yang membawahi transportasi.Â