Segala Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan dan Terima Kasih Tak Terhingga Untuk Semua Doa
Hari ini, 2 Januari, 54 tahun lalu,tepatnya tanggal 2 Januari 1965, kami menikah dalam pesta pernikahan yang amat sederhana di kota Padang. Jalinan cinta antara saya dan adik kelas saya semasa di SMA Don Bosco Padang, telah menghantarkan kami ke jenjang pernikahan suci. Perjalanan cinta kami tidak semudah kisah cinta dalam dongeng Cinderella.Â
Tak terhitung suka dan duka yang harus kami lalui,untuk dapat mengikrarkan janji setia dihadapan Tuhan. Salah satunya adalah ambang kematian yang hampir saja memutus cinta kami, karena saya terjatuh dari pohon dan mengalami geger otak yang parah, bahkan menurut dokter sudah tidak ada harapan lagi. Saya sudah didoakan oleh seluruh anggota keluarga.
Namun cinta yang tulus dan doa dari wanita yang mencintai saya dengan setulus hati ,ternyata mampu menepis maut yang sudah siap menjemput saya.Wanita yang membisikkan di telinga saya: "Sayang, satu satunya laki laki yang ada dalam hidup saya adalah dirimu". Kalimat singkat ini ternyata mengandung kekuatan amat dahsyat, untuk membangunkan saya dari koma.Â
Doa yang diucapkan dengan air mata yang berurai ,ternyata mampu menembus surga dan menurunkan belas kasihan Tuhan. Hal yang secara logika manusia tidak mungkin, ternyata bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Saya sembuh dan seperti mimpi  ketika kami saling mengucapkan Sumpah Setia di hadapan TuhanÂ
"Saya berjanji akan mencintai engkau disepanjang hidupku. dalam suka maupun duka. Dalam untung dan dalam kemalangan" Sebuah kalimat yang sungguh sungguh menggetarkan hati.Â
Hari ini genap 54 tahun usia pernikahan kami. Perjalanan hidup yang tidak seindah kisah kisah sinetron. Bahkan kami pernah melalui masa masa  yang paling menyakitkan, selama bertahun tahun hidup dalam kemelaratan dan kemiskinan.Â
Tanpa terasa terbayang dipelupuk mata, satu petak ruang di Pasar Tanah Kongsi yang kumuh,dimana kami berdua  dan putra kami yang baru satu pada waktu itu,menjalani hidup bagaikan merangkak dalam  lumpur.Â
Merasakan bagaimana perihnya hidup sebagai orang miskin,yang tercampak. Tubuh istri saya hanya 41 kg. dan putera kami yang baru satu pada waktu itu,sering kejang kejang karena kekurangan gizi dan tempat tinggal yang jauh dari bersih. Ternyata cinta yang tulus,menghadirkan berkat dan kekuatan dari Sang Maha Pencipta.Â
Kami bersyukur ,mampu lulus dalam ujian hidup selama 50 tahun. Dan merayakan bersama anak anak,manut dan cucu cucu ,serta kerabat dan teman teman,yang datang dari berbagai daerah,bahkan beberapa diantaranya datang  dari luar negeri. Sebuah rasa syukur yang tak pernah memudar dari hati kami berdua