Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mana yang Dipilih, Menulis Sesuai "Passion" atau Sesuai Tren?

29 Desember 2018   23:38 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:06 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: brillio.com

Penulis Dihadapkan pada Pilihan

Seorang penulis dihadapkan pada sebuah pilihan, apakah mau menulis sesuai "passion" ataukah menulis mengikuti tren yang sedang populer? Dalam hal ini kita tidak perlu membahas siapa saja yang boleh disebut sebagai "penulis" atau tidak, karena bukan hal penting untuk dibahas dalam konteks tulisan ini.

Pada pokoknya, setiap orang yang menulis pada sebuah blog yang terbuka untuk dibaca oleh orang banyak, tidak ada salahnya dinamakan penulis, walaupun mungkin baru dalam tahap pembelajaran.

Kata "passion", kalau diterjemahkan secara bebas berarti melakukan sesuatu sesuai dengan hasrat hati kita, tanpa memperhitungkan untung ruginya. Satu-satunya tujuan yang ingin dicapai adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan hati. 

Penulis yang menulis berdasarkan "passion" tidak peduli bahwa kemungkinan apa yang ditulisnya tidak sesuai dengan tren yang sedang populer di saat ini. Risikonya adalah tulisannya akan sepi dari pembaca. 

Di sinilah letaknya kebebasan bagi seorang penulis, yakni menentukan sendiri apa yang akan ditulisnya. Kalau memilih menulis sesuai tren, tentu saja secara jujur seorang penulis berharap bahwa tulisannya akan dibaca banyak orang. 

Lebih senang lagi bila tidak hanya dibaca oleh orang banyak, tapi juga mendapatkan tanggapan dan komentar berjibun.

Masalah Bila Menulis Sesuai Tren

Pertama harus mengikuti perkembangan berita yang bisa saja terus berubah. Misalnya, tentang korban tsunami di Banten dan Lampung yang awalnya disebut hanya 22, dalam waktu cepat berubah menjadi 65.

Selang beberapa waktu kemudian berubah terus, seiring bertambahnya jumlah korban tewas yang ditemukan. Kemudian harus yakin bahwa sumber berita adalah dari sumber yang patut dipercaya. Ada syarat lain yang harus dipenuhi, yakni mengambil bahan dari sumber berita tidak boleh melebihi takaran yang diizinkan. 

Kesimpulannya, harus sungguh-sungguh memiliki bahan yang akurat sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan. Bagi saya pribadi, menulis sesuai tren, jauh lebih rumit ketimbang menulis sesuai passion.

Risikonya, bila sudah bersusah payah menjajaki sumber berita disana-sini, serta berusaha menulis sesuai tren yang lagi hot tapi ternyata tulisan hanya dibaca oleh puluhan orang saja, tentu sangat wajar bila menimbulkan rasa kecewa. 

Walaupun ada yang mengatakan bahwa ia tidak peduli apakah tulisannya dibaca atau tidak. Tentu saja setiap orang berhak memberikan batasan sendiri mengenai dirinya. 

Kalau Sekadar Menulis dan Tidak Peduli Dibaca Orang atau Tidak, Bukankah Lebih Baik Menulis di Catatan Harian?

Apapun pilihan seorang penulis, sejujurnya pasti berharap bahwa tulisannya akan dibaca oleh banyak orang. Karena kalau sekadar menulis sesuai "passion" dan tidak peduli dibaca orang atau tidak, logikanya tentu lebih baik kita menulis di buku catatan harian pribadi. 

Sehingga apapun yang kita tulis, hanya dibaca oleh diri kita sendiri. Akan tetapi sekali kita melangkah untuk menulis di blog umum, maka tentu harus siap untuk menulis sebaik mungkin. Karena tulisan adalah gambaran jiwa dari penulisnya.

Misalnya kalau saya diminta untuk menulis tentang seni atau tentang olah raga, maka kalau dipaksakan hasilnya pasti akan menjadi tulisan yang amburadul karena sama sekali tidak memiliki pengetahuan dasar tentang seni, baik musik, maupun lukisan atau apapun yang ada kaitannya dengan seni.

Begitu juga tentang olah raga sepak bola. Pengetahuan saya tentang olah raga ini adalah nol besar.  Tapi kalau menulis tentang olah raga angkat berat yang dulu dikenal dengan angkat besi setidaknya saya memiliki  sedikit catatan, karena pernah ikut berlatih selama beberapa tahun. 

Pernah mencoba menulis sesuai tren, namun karena menulis dengan setengah hati, maka beberapa kali tulisan saya dihapus oleh Admin karena  mengutip lebih dari yang diizinkan. Maka akhirnya saya kembali ke fitra sebagai Penulis alami, yakni menulis sesuai passion.

Menuliskan  Pengalaman Hidup Tanpa Beban

Dapat dikatakan hampir sembilan puluh persen tulisan saya berdasarkan pengalaman hidup pribadi dan pengalaman hidup berkeluarga. karena saya dapat menuliskan secara langsung di draft tanpa perlu mempersiapkan naskahnya. 

Karena apa yang diceritakan adalah apa yang saya alami dalampe perjalanan hidup. Walaupun risikonya adalah secara tanpa sadar, ada bagian bagian yang sudah pernah dituliskan, ditulis ulang kembali dalam arikel lainnya.

Hal ini tentu merupakan suatu kekurangan, karena kejadian yang sudah pernah dituliskan dan ditulis ulang kembali. Walaupun dalam tata bahasa yang berbeda, tetap saja mengurangi nilai dari tulisan tersebut. 

Namun saya memilih untuk terus menulis, walaupun risiko seperti yang sudah ditulis, yakni terjadinya pengulangan kisah lama yang sesungguhnya tidak perlu, bahkan mengurangi nilai tulisan tersebut. 

Pilihan lain adalah mengurangi intensitas menulis, agar dapat fokus pada kualitas tulisan. Namun, karena bagi saya pribadi menulis adalah sebuah kebutuhan, karena merupakan terapi jiwa, maka saya tetap menulis setiap hari dengan risiko jumlah pembaca tulisan saya akan berada di level minimal. 

Memilih untuk menulis sesuai passion dan sekaligus mengikuti tren  tentu merupakan hal yang paling ideal, namun sejujurnya, saya belum mampu sampai ke tahapan ini.

Setiap pilihan selalu mengandung risiko dan saya sudah siap menerimanya, karena saya ingin tetap menulis tanpa beban.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun