Penulis Dihadapkan pada Pilihan
Seorang penulis dihadapkan pada sebuah pilihan, apakah mau menulis sesuai "passion" ataukah menulis mengikuti tren yang sedang populer? Dalam hal ini kita tidak perlu membahas siapa saja yang boleh disebut sebagai "penulis" atau tidak, karena bukan hal penting untuk dibahas dalam konteks tulisan ini.
Pada pokoknya, setiap orang yang menulis pada sebuah blog yang terbuka untuk dibaca oleh orang banyak, tidak ada salahnya dinamakan penulis, walaupun mungkin baru dalam tahap pembelajaran.
Kata "passion", kalau diterjemahkan secara bebas berarti melakukan sesuatu sesuai dengan hasrat hati kita, tanpa memperhitungkan untung ruginya. Satu-satunya tujuan yang ingin dicapai adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan hati.Â
Penulis yang menulis berdasarkan "passion" tidak peduli bahwa kemungkinan apa yang ditulisnya tidak sesuai dengan tren yang sedang populer di saat ini. Risikonya adalah tulisannya akan sepi dari pembaca.Â
Di sinilah letaknya kebebasan bagi seorang penulis, yakni menentukan sendiri apa yang akan ditulisnya. Kalau memilih menulis sesuai tren, tentu saja secara jujur seorang penulis berharap bahwa tulisannya akan dibaca banyak orang.Â
Lebih senang lagi bila tidak hanya dibaca oleh orang banyak, tapi juga mendapatkan tanggapan dan komentar berjibun.
Masalah Bila Menulis Sesuai Tren
Pertama harus mengikuti perkembangan berita yang bisa saja terus berubah. Misalnya, tentang korban tsunami di Banten dan Lampung yang awalnya disebut hanya 22, dalam waktu cepat berubah menjadi 65.
Selang beberapa waktu kemudian berubah terus, seiring bertambahnya jumlah korban tewas yang ditemukan. Kemudian harus yakin bahwa sumber berita adalah dari sumber yang patut dipercaya. Ada syarat lain yang harus dipenuhi, yakni mengambil bahan dari sumber berita tidak boleh melebihi takaran yang diizinkan.Â
Kesimpulannya, harus sungguh-sungguh memiliki bahan yang akurat sebelum menuangkan dalam bentuk tulisan. Bagi saya pribadi, menulis sesuai tren, jauh lebih rumit ketimbang menulis sesuai passion.