Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Terpancang pada Kata "Tidak Mungkin"

28 Desember 2018   09:12 Diperbarui: 28 Desember 2018   10:07 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: zedge.com

Atau ketika mengendarai kendaraan di negeri kita,ditempat tempat yang diprediksi dapat membahayakan ,ada rambu rambu dengan gambar Tengkorak dan tulisan :"Awas Bahaya!" .Maksudnya,jangan melanjutkan perjalanan anda kearah ini,karena akan  dapat berbahaya bagi anda dan seluruh penumpang.Karena jalan buntu !

Seandainya,ketika menghadapi jalan buntu tersebut,tiba tiba kita mendengarkan ada teriakan minta tolong,maka sebagai seorang manusia yang masih memiliki hati nurani, pasti kita tidak akan tega pura pura tidak mendengarkan. Betapapun bebalnya hati ,kita pasti akan menghentikan kendaraan dan mulai berjalan kaki menuju kearah suara tersebut. 

Ternyata tampak ada seseorang yang terluka dan tergeletak dibalik batu besar.Kita mencari jalan, dengan hati hati berpegangan pada akar pohon dan meniti batu batuan,hingga dapat menyelamatkan orang yang terluka tersebut. Dan ternyata setelah berusaha keras ,kita berhasil turun dan membantu menyelamatkan orang tersebut. 

Rupanya ,karena terdesak mau buang hajat,maka pria ini melakukan dibalik batu,agar tidak tampak oleh orang yang berlalu lalang dan terpeleset .Ternyata dibalik kata :"jalan buntu" selalu ada jalan setapak untuk menyiasatinya.

Analogi ini hanyalah sekedar menampilkan  hal hal yang sangat biasa biasa saja,bahwa karena tidak merasa ada kepentingan  mendesak atau tidak akan mendapatkan keuntungan apa apa,maka dengan mudah,kita menyerah pada keadaan. Begitu turun hujan,maka niat untuk keluar rumah dibatalkan. Bahkan baru ada mendung saja, sudah cukup alasan untuk tidak jadi meneruskan rencana kita untuk kesuatu tempat.

Tetapi bila ada hal hal yang menantang, misalnya ada undangan dari sahabat baik kita atau orang yang kita sayangi,maka hujan lebat, apalagi sekedar mendung, sama sekali tidak akan menyurutkan langkah kita. Dan bila ditengah perjalanan, jalan ditutup karena ada kerusakan atau accident,maka kita akan mencari jalan lain untuk memutar. Yang ada dalam pikiran kita adalah :" apapun halangannya,pokoknya saya harus hadir dalam undangan tersebut"

Nah,hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa yang mengatakan :"tidak bisa " adalah buah pikiran kita sendiri, KIta yang membatasi diri dan mengatakan :" semua jalan sudah saya coba, tapi semuanya buntu"

Semoga tulisan kecil ini,ada manfaatnya,setidaknya mengingatkan bagi yang merasa sudah kerja keras bertahun tahun,namun nasib belum juga berubah,jangan pernah menyerah.Percayalah tidak ada jalan  buntu dalam kehidupan. Yang penting,jangan biarkan pikiran kita membelenggu diri. Seperti kata pribahasa:"Where there is a will,there is a way".Dimana ada kemauan,pasti disana  akan ada jalan.!

Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi. Dulu sering jadi bahan olok olokan orang:"Hai Effendi,jangan mimpi disiang bolong." Untuk sebungkus nasi rames saja anda harus berutang,koq berani bermimpi memiliki rumah sendiri?" Kelak ,waktu menjadi saksi,bahwa impian demi impian kami menjadi kenyataan. Sungguh Tuhan Mahabesar !  

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun