Orang Tidak Mampu Juga Dapat Merasakan Secuil Kegembiraan
Ketika Pertama kali berkunjung ke Australia,kesan yang ada dalam pikiran saya,adalah bahwa hotel-hotel berbintang atau tempat hiburan, merupakan ruang khusus untuk orang orang yang tergolong VIP. Hal ini berdasarkan pengalaman ketika sewaktu dulu berkunjung ke hotel berbintang di Jakarta.
Begitu masuk ke lobi ,terus didatangi sekuriti dan bertanya, ada apa ? Mau ketemu siapa? Yang menciptakan rasa risih dan kikuk bagi yang datang dalam kondisi ekonomi,yang tidak mungkin mampu menginap di hotel yang tarifnya  selangit. Namun setelah berkunjung kesalah satu hotel termegah di Perth ,yakni Crown Metropol, ternyata image tersebut langsung buyar.Â
Setiap orang boleh datang dan melenggang masuk tanpa ada yang usil bertanya ,mau apa atau mencari siapa.Mau duduk sepanjang hari,menikmati suasana santai dan ruang yang berada dalam pengaruh air condition,tidak ada yang peduli.Tentu saja,jangan sampai mengotori ruangan ataupun  membiarkan anak anak berlarian dan berteriak teriak.
Kalau merasa lapar dan haus,tentu tidak harus sarapan ataupun makan siang di restoran ini,karena taripnya sekitar 75 dolar perorang atau setara 750 ribu rupiah perorang.
Tinggal jalan kaki sekitar 100 meter dan disana ada Mie goreng ,yang harganya  5 dolar .Sudah kenyang,boleh balik lagi kesini. Ruang tamu yang luas dan tempat duduk yang empuk,cocok untuk dijadikan : "meeting point" bila ingin ketemu dengan teman teman. Ada bis umum,yang setiap setengah jam ,yang jarak  Stop bus nya hanya sekitar 200 meteran.
Selama hari hari menjelang Natal.lobi hotel selalu dipenuhi oleh para pengunjung,dari pada duduk bengong dirumah dan jenuh hari hari ke mall atau ke supermarket.
Bila mau bersih bersih ke toilet,ada rest room hotel yang dapat dimanfaatkan,tanpa perlu minta izin.Hanya sekali lagi,jangan lupa jaga kebersihan,untuk tidak membuang tisu bekas kelantai,apalagi lantai toilet,sampai basah.
Ada tempat selfie yang memang disediakan disana dan sekali lagi siapapun boleh menggunakan,tanpa perlu minta izin. Kalau ingin berfoto bareng keluarga, jangan segan minta tolong kepada siapa saja yang ada disana.
Yakinlah,mereka tidak akan menengok kita dengan pandangan aneh atau sinis,karena mereka sudah terbiasa hidup dalam keberagaman. Dan bilamana ada gadis gadis cantik lewat dan membawa keranjang berisi coklat,jangn malu mengambilnya,karena memang mereka sengaja datang untuk membagikan. Tapi jangan sampai mengambil segenggam.karena disini tidak  bisa orang mengambil dalam jumlah banyak. Cukup mengambil 2 atau 3 bungkus coklat perorang .
Ikut ambil bagian dalam perayaan Natal,yang tampak :"wah",tentu tidak ada salahnya. Karena pengertian :"hura hura "disini,bukan berarti mabuk mabukan atau bertingkah laku yang menyimpang.Kosa kata :"wah" disini lebih condong untuk menjelaskan, pakaian yang gemerlapan,musik yang hangat dan suasana yang ramai.
Dan para gadis yang berjalan menggunakan enggrang dan berpakaian ala pemain Sircus,bukan tipe gadis yang gampangan.Mereka adalah karyawan hotel dan ditugaskan untuk menghibur tamu.
Tak ada yang dorong mendorong dan tak tampak  ada yang saling bertengkar. Semua orang rata rata larut dalam suasana ceria.Mengenai cara berpakaian mereka,yang mungkin menurut pandangan mata kita sbagai orang Timur, agak: "seronok", tapi jangan lupa,setiap negeri berhak untuk berbeda sudut pandang dengan kita.
Setelah merayakan Natal ,dalam konteks ibadah,maupun ikut merayakan natal : "hura hura", maka tiba saatnya berkumpul dan makan malam bersama keluarga yang merupakan inti dari pesan Natal itu sendiri, yakni cinta kasih dalam kebersamaan. Kami diajak makan  oleh putra kami Irmansyah bersama keluarga dan cucu cucu,serta mantu cucu.
Didepan kami,ditengah meja makan,tampak panci yang berisi aneka ragam makanan.Ada tahu,ikan,cumi,aneka ragam sayur dan buah kurma.Tapi sejak awal sudah sepakat,jangan ada yang memesan daging babi.mengingat salah satu dari mantu cucu kami ,yakni Gulce Bakri ,yang berasala dari Turki, beragama Islam.
Gulce dengan senang hati,mau bergabung makan bersama seluruh anggota keluarga untuk merayakan Natal dan  kami semua sepakat untuk menghormati ,dengan tidak memesan apapun yang ada hubungannya dengan babi.
Kami sudah terbiasa menerima semua perbedaan ini,karena seluruh keluarga besar kami terdiri dari beragam suku bangsa ,yang memiliki latar belakang budaya, bahasa dan agama yang berbeda. Ternyata dengan membuka hati untuk menerima segala keberagaman,sungguh menghadirkan kedamaian dalam hati.Inilah saat saat puncak perayaan Natal bagi kami,yakni makan  malam bersama seluruh anggota keluarga.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H