Dan para gadis yang berjalan menggunakan enggrang dan berpakaian ala pemain Sircus,bukan tipe gadis yang gampangan.Mereka adalah karyawan hotel dan ditugaskan untuk menghibur tamu.
Tak ada yang dorong mendorong dan tak tampak  ada yang saling bertengkar. Semua orang rata rata larut dalam suasana ceria.Mengenai cara berpakaian mereka,yang mungkin menurut pandangan mata kita sbagai orang Timur, agak: "seronok", tapi jangan lupa,setiap negeri berhak untuk berbeda sudut pandang dengan kita.
Setelah merayakan Natal ,dalam konteks ibadah,maupun ikut merayakan natal : "hura hura", maka tiba saatnya berkumpul dan makan malam bersama keluarga yang merupakan inti dari pesan Natal itu sendiri, yakni cinta kasih dalam kebersamaan. Kami diajak makan  oleh putra kami Irmansyah bersama keluarga dan cucu cucu,serta mantu cucu.
Didepan kami,ditengah meja makan,tampak panci yang berisi aneka ragam makanan.Ada tahu,ikan,cumi,aneka ragam sayur dan buah kurma.Tapi sejak awal sudah sepakat,jangan ada yang memesan daging babi.mengingat salah satu dari mantu cucu kami ,yakni Gulce Bakri ,yang berasala dari Turki, beragama Islam.
Gulce dengan senang hati,mau bergabung makan bersama seluruh anggota keluarga untuk merayakan Natal dan  kami semua sepakat untuk menghormati ,dengan tidak memesan apapun yang ada hubungannya dengan babi.
Kami sudah terbiasa menerima semua perbedaan ini,karena seluruh keluarga besar kami terdiri dari beragam suku bangsa ,yang memiliki latar belakang budaya, bahasa dan agama yang berbeda. Ternyata dengan membuka hati untuk menerima segala keberagaman,sungguh menghadirkan kedamaian dalam hati.Inilah saat saat puncak perayaan Natal bagi kami,yakni makan  malam bersama seluruh anggota keluarga.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H