Walaupun pada awalnya, masyarakat sempat bingung oleh pernyataan resmi dari BMKG tentang tsunami dan kemudian diralat bahwa bukan tsunami, juga oleh instansi yang sama, namun kini hal tersebut sudah tidak lagi penting Karena ternyata korban yang tewas terus bertambah dari 22 orang, kemudian meningat menjadi  65 orang Berita yang baru saja ditayangkan oleh 9 News.com bahwa korban yang tewas sudah mencapai angka 222 orang dan diperkirakan terus akan bertambah.Â
Mengingat ada ratusan orang yang terluka berat dan puluhan yang dinyatakan hilang. Kondisi yang tidak mungkin dapat terdeteksi secara detail menyebabkan angka yang tewas terus bertambah Yang berarti kedukaan kita semakin bertambah dalam, mengingat semua yang tewas dan hilang , serta tergeletak terluka parah adalah saudara saudara kita juga.
"A tsunami triggered by an underwater landslide from volcanic eruptions has hit beaches in Indonesia, killing at least 222 people and injuring over 800 more. People ran in fear as 5 meter waves flooded streets and swept away homes and vehicles on Saturday night. Twenty people were still missing and hundreds of homes were damaged in Pandeglang regency and Serang on Java and South Lampung on Sumatra."
Apakah musibah ini bernama tsunami atau tidak,sudah tidak lagi perlu menjadi bahan bahasan,karena bagi masyarakat awam,yang penting mereka dapat menyelamatkan diri dari marabahaya ,yang entah bernama tsunami, longsor atau apapun.
Hubungan Telpon Dengan Lampung
Sesaat lalu, saya mencoba menelpon Marleni, salah seorang sahabat di Lampung,,yang juga adalah seorang Kompasianer. Syukur ponselnya masih bisa bekerja.Menurut Leni. Saat ini ia sudah mengungsi ketempat yang tinggi. Karena sudah ada peringatan dari pemerintah setempat agar bagi masyarkat yang tinggal dekat pantai agar segera meninggalkan rumah dan mengungsi Karena Gunung Krakatau sudah dalam kondisi Siaga 2.
Karena kentara Leni sedang dalam suasana kecemasan,maka saya tidak meneruskan lagi pembicaraan. Kita semua ikut berduka dan berdoa untuk saudara saudara kita yang ditimpa musibah.
Petaka terjadi dalam seketika, namun luka yang menganga karena kehilangan orang orang dicintai,akan terus meradang selama belasan tahun. Bagi yang sudah pernah menyaksikan dari dekat akibat dari bencana alam ini dan berbicara dengan korban yang masih  tersisa hidup, pasti dapat membayangkan betapa menyakitkan bagi mereka menghadapi detik detik yang mengerikan,ketika alam mengganas ,tanpa berbelas kasih dan menyapu orang orang yang dikasihi mereka.
Kita berdoa untuk saudara saudara kita yang sedang dirundung kedukaan mendalam.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H