Hal ini dapat kita saksikan terjadi dalam lingkungan  dimana kita tinggal. Bahkan mungkin saja terjadi dalam keluarga kita,  orang yang dulu kedatangannya disambut dengan ramah dan selalu  mendapatkan tempat di depan sejak turun dari panggung sambutan semacam  itu sudah tidak lagi diperolehnya. Bahkan ketika menghadiri  undangan hanya disambut panitia dan mengatakan :"Silakan duduk dibaris  belakang ya pak, karena di depan khusus untuk tamu VIP".Â
Kalau  dulu undangan datang bertubi tubi, kini semakin hari undangan semakin  langka diterimanya. Bila tidak siap mental maka hal ini akan merontokkan  kegairahan hidupnya. Terus duduk melamun dan murung dan hidupnya  berakhir dengan menyedihkan dan meninggal. Walaupun urusan  meninggal  kita anggap urusan tuhan, tetapi tentunya kita tidak ingin  hidup kita  berakhir dengan cara menyedihkan yaitu menebarkan kegelisahan  dan  kegalauan dalam keluarga. Menjadi beban istri dan anak cucu, serta  kemudian meninggal dalam kondisi yang memilukan.
Oleh karena  semua orang  ,kalau diberikan umur panjang oleh Tuhan, maka alangkah  bijaknya bila  sejak sedini mungkin kita mempersiapkan diri. Agar bila  masanya tiba harus turun panggung,maka kita tanpa merasakan  kegamangan, dapat melangkah dengan lega memasukki masa pensiun dengan  penuh rasa  percaya diri.Â
Karena memiliki keyakinan diri,bahwa diri kita  tetap bisa  berkarya bagi sesama,kendati di usia pensiun. Post Power  Syndrome, merupakan istilah dalam ilmu psikologi yang merupakan gejala  yang dialami bukan hanya seseorang yang pernah mengalami masa  kesuksesan  di dalam perjalanan hidupnya, seperti yang banyak disangka  orang. Post  Power Syndrome bisa datang pada semua lapisan masyarakat  yang memiliki  pekerjaan rutin,seperti karyawan,guru.dosen dan  sebagainya.
Memang yang  paling merasakan adalah bila seseorang  pernah berada ditempat yang  "terhormat" dan tiba tiba harus melepaskan  semuanya. Kemudian karena  berbagai faktor, segala fasilitas dan  kemudahan kemudahan yang selama ini  selalu setia mengikutinya kini tiba - tiba berubah.Â
Kalau biasanya setiap  pagi, sudah terjadwal kegiatan  sehari penuh tiba - tiba ia harus tinggal  di rumah sepanjang hari dan  tidak tahu harus kemana atau melakukan apa?  Kalau selama ini ada  kolega atau teman tempat diskusi atau curhat, kini  semuanya sudah  berakhir. Hal ini secara sadar atau tidak akan berimbas  kehidupan  pribadinya.Â
Orang yang tidak mempersiapkan diri sejak sedini  mungkin, akan merasakan suatu kegoncangan pada tatanan kehidupannya. Ia  akan menjadi labil dan emosinya tidak lagi stabil, yang pada akhirnya  akan menyebabkan merosotnya daya tahan tubuh dan jatuh sakit.Â
Sebenarnya  terlepas dari siapapun adanya diri kita,  adalah wajar ada rasa  kekuatiran menghadapi masa masa pensiun. Karena  pensiun bukan hanya pemasukan uang tidak lagi berjalan seperti  biasa, tetapi pensiun juga  berarti ia tidak lagi memiliki "kekuasaan"  untuk "memerintah" orang  lain.Â
Bila gejala ini merambat dan menguasi  dirinya, maka kegalauan dan  keresahan tidak hanya merugikan diri  sendiri, tetapi langsung atau tidak  akan menebar dan mendistorsi anggota  keluarga. Oleh karena itu pilihan  terbaik adalah  jika kita  memasuki  masa pensiun, tanpa rasa  kekhawatiran yang berlebihan .Â
Cegah Sedini Mungkin
Mempersiapkan  diri sedini mungkin dengan menanamkan di dalam hati bahwa  tidak ada  manusia yang bisa hidup selamanya. Bahwa suatu waktu suka  ataupun  tidak, kedudukan kita akan digantikan oleh orang lain.  Tanamkanlah pada  diri kita ,bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar yang  merupakan  proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh  siapa saja.Â