Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tak Ada Lagi Kesempatan untuk Minta Maaf

30 November 2018   08:34 Diperbarui: 30 November 2018   09:51 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata Kesalahan Obat

Malam itu,kami sekeluarga tidak tidur. Keesokan harinya,saya dipanggil oleh kakak saya .Ia memperlihatkan botol obat yang kemarin ,saya terima dari Apotik,sambil berkata :"Coba kamu baca.nama siapa tertulis disana?" sambil menyerahkan botol obat kepada saya. Dalam beberapa saat ,jantung saya serasa berhenti berdetak.Karena pada botol obat tersebut,terdapat nama orang lain.,bukan nama nenek saya. "Kamu nggak baca sewaktu menerima bungkusan obat ya ?" kata kakak saya menambahkan. 

Dengan suara tertahan,saya menjawab,:" Saya bersalah,karena hanya melihat nomor 37 pada kantong kertas ,yang berisi 3 jenis obat untuk nenek,tanpa memeriksa namanya benar atau tidak. Hanya dua kalimat itu saja yang dikatakan oleh kakak saya dan kemudian meninggalkan say dalam kondisi batin yang remuk. Saya merasa ,bahwa diri saya penyebab kematian nenek saya. Sejak saat itu,rasa bersalah,menyebabkan semangat belajar saya menurun .bahkan perangai saya berubah total. 

Cepat tersinggung dan teman teman yang biasa suka bercanda,saya anggap serius dan saya pukul. Karena tekanan batin ,setiap kali saya lewat didepan foto almarhumah nenek saya,seakan belati kembali tertancap di ulu hati saya. Kondisi ini,membuat bukan hanya pikiran saya yang rusak,tapi tubuh saya jadi kurus dan batuk batuk. Hingga suatu waktu saya terkapar sakit.

Ibu saya duduk disamping tempat tidur,sambil menangis dan bertanya ,ada apa dengan diri saya? Kalau selama ini saya menutup diri ,untuk tidak berbicara apapun,namun pada saat melihat ibu saya menangis,maka pertahanan saya bobol.Lalu menceritakan ,tentang kesalahan yang telah saya lakukan,sehingga kesalahan membawa pulang obat,yang seharusnya untuk orang lain.

Ibu saya terdiam sesaat dan berkata :"Sesungguhnya yang salah adalah petugas di Apotik.Tugas merekalah untuk mengisi kantong obar,sesuai dengan nama pasien. Mereka yang salah memasukkan obat orang lain. Berhentilah menghukum diri secara berlebihan.Atau  mau ibu juga jatuh sakit,karena sedih menyaksikan kamu merusak dirimu seperti ini? Apakah dengan menghukum diri secara berlebihan,nenek bisa hidup kembali?"Dan ibu saya memeluk saya erat erat dengan air mata berurai.

Mulai Menata Diri

Akibat ,menghukum diri sendiri secara berlebihan ,saya tinggal kelas dan dijauhi teman teman.Bahkan ada yang menggangap saya mungkin sudah gila,karena berubah dari sosok yang ramah,menjadi pemberang . Setelah mendengarkan nasihat ibu ,saya mulai bangun dari mimpi mimpi buruk dan mulai menata diri. Saya jadikan pelajaran sangat berharga,untuk selalu hati hati dalam melakukan pekerjaan saya,sehingga jangan lagi berbuat kesalahan yang sama.

Sepotong Kisah Lain

Salah seorang dari kerabat kami ,mati muda, karena menghukum dirinya secara berlebihan.Masalahnya,ketika ia membonceng keponakannya, entah karena apa,tiba tiba ia tidak mampu mengontrol sepedanya dan keduanya terjatuh. Malangnya,keponakannya yang berusia 7 tahun,persis jatuh diatas aspal dan terjadi perdarahan otak. Dilarikan  kerumah sakit ,sempat dirawat di ICU,namun tidak tertolong lagi. 

Kerabat kami yang bernama :"Yudi" sangat shock. Merasa bahwa dirinya penyebab kematian  ,keponakan yang amat disayanginya. Sejak saat itu ia berubah jadi pemurung dan kemudian batuk darah. 3 Bulan setelah keponakannya meninggal,Yudi menyusul dalam kondisi yang sangat menyedihkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun