Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Terobsesi Mendapatkan Stempel "Orang Sukses"

22 November 2018   20:11 Diperbarui: 22 November 2018   21:02 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena Biaya Mempertahankan :"Gelar" Tersebut Sangat Mahal

Kapan seseorang boleh disebut hidupnya sudah sukses? Pertanyaan sangat sederhana,namun tidak dapat dijawab hanya dengan satu dua kalimat.Karena hidup itu merupakan sesuatu yang multikomplit, sehingga tidak dapat dipatok berdasarkan ilmu matematika. 

Kalau sudah punya rumah dan mobil  pribadi belum dapat dipastikan bahwa pemiliknya sudah merasa sukses karena boleh jadi, kredit rumah dan mobil,masih butuh beberapa tahun lagi untuk melunasinya. Atau dapatkan orang yang  menyekolahkan anaknya di luar negeri disebut sudah sukses?Belum tentu juga, karena bisa  jadi demi agar anaknya bisa melanjutkan studi keluar negeri, orang tuanya mengambil pinjaman di bank dengan  sertifikat tanah dan rumah sebagai agunan.

Setiap orang berhak menafsirkan sendiri arti  dan makna sukses bagi dirinya. Sukses yang kita raih dengan susah  payah,bisa saja bagi orang lain  tidak berarti apapun. Sebuah rumah yang  kita beli setelah kerja keras siang malam selama belasan tahun, bisa  saja untuk orang lain, dibeli dalam waktu sehari.Itulah hidup tergantung  darii sudut mana kita memaknainya. 

Sukses yang satu selalu diharapkan  akan disusul dengan kesuksesan yang lain. Jadi apapun makna sukses bagi  kita, semuanya bermuara dalam satu pengertian,bahwa sukses bukanlah tujuan akhir hidup kita,melainkan sebuah perjalanan yang panjang. Sukses yang hanya  berlangsung sesaat dan tidak diikuti oleh kesuksesan yang  lainnya hanyalah sepotong kegembiraan yang singgah dalam kehidupan kita  dan kemudian pergi bersama angin. 

Mencapai Kesuksesan Sulit ,Mempertahankannya Jauh Lebih Sulit 

Sebuah contoh kecil. Ketika saya membeli sebuah Apartement dengan luas 100 meter persegi di bilangan Kemayoran -jakarta pusat untuk dihadiahkan pada ulang tahun ke 65 istri saya,r asanya saya merasa sudah sukses. Karena seumur hidup,baru kali ini saya mampu membeli sebuah apartement di jakarta dan membayar lunas. 

Bahkan sengaja memilih  lantai ke 18 sesuai dengan hari ulang tahun istri saya yang jatuh pada tanggal 18 Juli. Tetapi belakangan baru sadar.bahwa memiliki sebuah apartement,tidak sama dengan memiliki sebuah rumah. Setiap bulan, harus menyediakan uang senilai 2,5 juta rupiah,untuk maintainance fee , yakni kebersihan, keamanan dan perawatan gedung.

Dan ini belum termasuk pemakaian listrik, air, telpon dan uang parkiran. Yang setahun membutuhkan pengeluaran dana sekitar 50 juta rupiah,hanya untuk keperluan perawatan  apartement dan lain lainnya. Masih ditambah dengan bayar pajak Honda Freed sekian juta setiap tahunnya. 

Dan hal ini terus berlangsung dari tahun ketahun. Termasuk ketika kami berada di Australia,maintainance fee tetap harus dibayar. Seandainya saya tidak mampu membayar,tentu akan di denda. Di saat seperti ini lah baru sadar sepenuhnya,bahwa sukses itu adalah sebuah perjalanan panjang.Dan tidak sebatas ketika mampu beli rumah atau aparement dan memiliki kendaraan baru.

Karena itu,mengingat memiliki 2 unit apartemen di Jakarta, sudah tidak efektif lagi,karena kami lebih sering tinggal di Australia,maka akhirnya istri saya minta izin untuk menjualnya.dan uangnya di depositokan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun