Untuk memasaknya. rata-rata warga di sini menggunakan tungku--enam batu bata yang disusun, tiga di kiri dan tiga di kanan serta diberikan ruang untuk meletakkan periuk nasi.
Untuk menanak nasinya menggunakan ranting pohon yang sudah kering kalau kayu masih basah harus gunakan: "Cemperong" yakni sepotong pipa besi, untuk meniup-niup agar api menyala.
Gayung air terbuat dari tempurung kelapa yang dibersihkan dan dihaluskan, serta diberi tangkai dari kayu. Untuk memasak digunakan "belanga" yang terbuat dari tanah liat.
Kerak yang tersisa didalam periuk,tidak dibuang,melainkan direndam dengan air dan kemudian setelah kembang,diberi santan dan garam ,untuk dimakan. Bahkan sebutir nasi,yang tersisa dipiring,diraih dan dimasukan kedalam mulut,tidak ada sebutir nasi yang terbuang sia sia.
Roti dan Keju Barang Langka Banget
Roti dan keju,pada masa itu,untuk ukuran masyarakat selevel kami,adalah barang langka banget.Sebagai ganti roti,kami biasa mengonsumsi :"roti sumbu"yakni ubi kayu yang direbus. Dilaman kami,semua lengkap ,ada apotik hidup,yakni tanaman :selasih,inggu,daun sedingin,cocor bebek ,daun dadi dadi dan sebagainya.
Dokter ? Hanya Untuk Orang Kaya
Kalau ada keluarga yang sakit,ya dimanfaatkan berbagai tumbuhan yang ada di pekarangan atau dipekarangan tetangga.Karena  :"ke dokter"pada waktu itu adalah hal yang sangat langka.kecuali untuk orang kaya. Kalau demam,kompres dengan pisang batu,yang ditumbuk hingga lumat,kalau luka,bawang merah dan bawang putih ditumbuk dan dikasih gula pasir ,serta dibalutkan ke tempat yang luka. Kalau diare,minum rebusan daun Dadi dadi,yang tumbuh di laman.Batuk ? Dan seterusnya.
Mainan Anak Anak
Bila libur panjang,mainan anak anak sekampung adalah adu layang layang  :"macho",dengan menggunakan :"benang gelas".Cara membuat benang gelas adalah dengan jalan,menumbuk pecahan kaca hingga halus.Kemudian disaring dan yang kasarnya dibuang. "Bubuk kaca "ini diaduk dengan lem ,kemudian diurutkan pada benang yang direntang antara pohon kepohon. Ditunggu hingga lem menggering dan "benang gelas" siap untuk digunakan adu layang layang macho.
Ada juga layangan :"darek" yakni layangan yang melambangkan seorang wanita .Layangan ini tidak boleh diadu,dengan layangan :"macho"Tidak ada aturan tertulis,tapi semua anak anak mematuhinya.Kalau berani melanggar,maka akan dapat sanksi sosial dari masyarakat sekitarnya,yakni di kucilkan dari pergaulan. Cara kompetisi :"layangan darek " ini adalah dengan menaikkannya setinggi mungkin dan kemudian  panitia akan mengikat benang semua peserta lomba pada sebuah tiang. Membiarkan hingga sekitar 5 menit.maka satu persatu layangan yang tidak mampu bertahan,akan putus atau "menampik",yakni jatuh,karena ketiadaan angin. Layangan yang tetap :"tagak tali" yakni tetap melenggang lenggok diudara,makaa  ia keluar sebagai Pemenang.