Mengenai kisah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610,agaknya tidak perlu diulangi lagi,karena ada puluhan media massa yang sudah memberitakannya secara mendetail. .Mulai dari media nasional,hingga media international. Tragedi jatuhnya Lion air yang mengangkut total 189 orang,yang terdiri dari para penumpang dan awak pesawat ,serta Kapten Pilot dan co-Pilot ini,telah menyebabkan Indonesia kembali berduka.Â
Padahal tanah kuburan massal dari ribuan orang yang merupakan korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.belum lagi mengering dan kini dihadapkan pada kecelakaan pesawat Lion Air JT-610.Â
Disamping  para keluaga penumpang,yang paling merasakan kedukaan mendalam atas peristiwa  tragis ini, juga telah menghadirkan kesedihan dalam hati semua orang Indonesia.
Operasi pencarian dan penyelamatan diperluas hingga setidaknya 400 mil laut persegi Setidaknya 35 kapal dan 50 penyelam difokuskan pada 13 wilayah prioritas .Sebanyak 26 kantong mayat yang tersisa telah dikumpulkan secara total. Sejauh ini 812 personel telah dikerahkan untuk membantu dalam operasi, termasuk pekerja dari instansi pemerintah, relawan dan tim dari Palang Merah. Operasi pencarian dan penyelamatan diperkirakan akan terus berlanjut selama tiga hari ke depan.
Berbagai kisah memilukan ,yang diceritakan oleh keluarga korban,maupu sahabat baiknya,telah memenuhi hampir setiap sudut laman media massa,dalam berbagai sudut pandang. Walaupun dalam  menceritakan kenangan manis dari masing masing korban jatuhnya JT-610 ini,ditulis dalam berbagai gaya bahasa,,tentu saja merupakan hal yang sangat wajar.
Namun yang amat disayangkan adalah komentar komentar yang asbun atau asal bunyi,yang dapat semakin melukai hati para keluarga korban JT-610,karena dikait kaitkan dengan politik. Â Selain daripada itu,masih ada lagi yang mengaitkan dengan azab dari Allah,karena sebagian dari penumpang LIon Air yang naas itu adalah aparatur negara .
Bagi yang sudah pernah merasakan kehilangan anggota keluarga ,dalam musibah,tentu tidak perlu diceritakan lagi bagaimana menjalani detik detik yang mencengkam dan memilukan. Mencoba mengindentifikasi  korban yang sudah tidak utuh lagi,sungguh membutuhkan tekad yang membaja.
Bila mengingat kembali kecelakaan pesawat Malaysian Airline MH370.yang hingga kini tidak ada kabar beritanya,sungguh kita tidak tahu,mana yang lebih menyakitkan,yakni hilangnya anggota keluarga tanpa bekas ataukan seperti kondisi terkini,dimana para keluarga menyaksikan tubuh orang yang dicintainya tercabik cabik? Sungguh tidak mampu kita memberikan pilihan.
Karena itu,alangkah  kagetnya,dalam masa masa yang teramat menyakitkan bagi para keluarga korban,ternyata masih ada yang mengaitkannya dengan politik. Antara lain dikatakan,bahwa karena banyak aparat negara yang juga ikut menumpang di pesawat naas tersebut,maka terjadilah petaka tersebut sebagai azab dari Allah.
Sepertinya rasa simpati dari sebagian orang,sungguh sudah terkikis habis,sehingga tega teganya memberikan penilaian penilaian,yang berada diluar wewenang mereka,hanya demi untuk kepuasaan diri mereka. Malahan ada yang membuat lelucon,tentang jauhnya pesawat udara. Hal Yang sungguh diluar prikemanusiaan.
Kami pernah merasakannya,sewaktu dua orang keponakan kami ,yakni Ferry Indra dan Herry  Indra,yang hilang bersama MH370 dan hingga saat ini tidak ada kabar beritanya.Yang pada waktu itu,juga dijadikan bahan candaan .Sungguh tidak terpikirkan,bagaimana mungkin orang bisa berbuat seperti itu
Secara biologis,mungkin saja dari antara 189 orang korban dari Lion Air JT-610 ,tidak satupun yang merupakan saudara ,secara biologis.Tetapi sesungguhnya,semua orang yang tewas dalam tragedi tersebut adalah saudara sebangsa dan setanah air kita juga.Kalau memang rasa simpati atau nurani sudah terkikis habis,lantaran tergerus oleh masalah politik,maka alangkah baiknya berdiam diri. Dalam hal  ini,:"silent is gold" sungguh sangat tepat " ,ketimbang setiap kata yang keluar ,bagaikan sembilu yang mengiris hati para keluarga korban
referensi : cnn.com dan  9 news.com
tjiptadinata effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H