Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dihukum oleh Rasa Bersalah Sungguh Teramat Menyakitkan

21 Oktober 2018   18:09 Diperbarui: 21 Oktober 2018   18:16 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian Ini Terulang Kembali

Peristiwa yang terjadi setahun lalu, masih membekas dalam hati saya dan sewaktu waktu rasa bersalah itu muncul dari dalam diri saya, Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, sudah tidak mungkin lagi,karena orangnya sudah tiada. 

Kejadian semacam ini kembali terulang lagi, Masalahnya ada pesan via facebook ,yang entah karena apa, terlewatkan oleh saya dan baru tadi pagi terbaca. Isinya: " Opa, kami sudah berkali kali mencoba menghubungi via WA dan mencoba menelpon, tapi tidak pernah menyambung. Mohon Opa  agar saya berkenan menelpon, karena suaminya kangen ingin berbicara pada Opa. Kondisinya saat ini sedang parah", Pengirim Laila.

Saya tersentak, karena tanggalnya sudah berlalu beberapa hari lalu. Karena itu saya langsung menelpon dan begitu ada yang menjawab, saya dihinggapi perasaan tidak enak, karena belum berbicara, terdengar suara seorang wanita sedang menangis. Ternyata,apa yang saya kuatirkan terjadi, yakni suaminya sudah meninggal.

Walaupun secara biologis, kami sama sekali tidak ada hubungan kekeluargaan, namun persahabatan kami sudah  sejak lama dan berlangsung selama hampir 50 tahun. Hingga malam ini, suasana hati saya masih dihinggapi rasa bersalah, walaupun istri  saya sudah berkali kali mengingatkan bahwa hal tersebut bisa saja terjadi pada siapa saja yang penting bukan karena disengaja

Sulitnya Menasihati Diri Sendiri

Dalam komunitas sosial yang saya pimpin, ada sekitar 100 ribuan orang bergabung. Ada yang memanggil kami Opa dan Oma, ayahanda dan bunda, serta papa dan mama, maupun Om dan tante. Hampir setiap hari saya melayani konsultasi gratis dan sudah menasihati ribuan orang, selama kurun waktu hampir 20 tahun. 

Namun, saat saya harus menasihati diri sendiri ,sungguh terasa sangat sulit. Logika saya mengatakan, bahwa saya sama sekali tidak bersalah apapun. Karena bila Tuhan berkehendak, tidak ada yang dapat mencegahnya. 

Namun perasaan hati saya, tidak semudah itu menerimanya. Karena merasa saya sudah mengecewakan orang lain dan tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaikinya, karena orangnya sudah meninggal.

Saya selalu memberikan petuah: "jangan tunggu ,apa yang dapat dilakukan pada hari ini, karena esok mungkin sudah terlambat." Tapi pada kenyataannya, saya sudah melanggar petuah saya sendiri, apapun alasannya

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun