dokumentasi pribadi/ 3 generasi makan malam bersama
Kebahagiaan Tercipta Dalam Kebersamaan
Kemarin hari Minggu tanggal 23 September,2018 saya dan istri diajak makan malam oleh Putra kami di Golden Palace. Karena itu undangan pertemuan dengan teman teman dari Indonesia tidak dapat kami hadiri. karena prinsip kami adalah: "Family is the first". Saya sampaikan apa adanya,bahwa kami berdua akan santap malam bersama anak,mantu dan cucu cucu, serta mantu cucu.Â
Komentar dari pak  Deni yang mengundang kami sungguh membuat saya terpana "Wah, luar biasa pak Effendi dan Bu Ros,bisa mendapatkan kesempatan yang luar biasa Makan bersama anak,mantu dan cucu cucu, serta mantu cucu. Sejak ketiga anak kami menikah, saya dan istri sudah tidak pernah lagi dapat kesempatan untuk makan bersama anak mantu dan cucu. Karena masing masing sibuk dengan urusan pribadi. "kata pak Deni dengan nada sedih. Dan saya hanya bisa menghibur dengan mengatakan: "Mudah mudahan secepatnya ada kesempatan ya pak"

Zaman sudah berubah total dan kegiatan orang perorangan semakin banyak dan semakin sibuk. Kalau tempo dulu.,makan bersama keluarga bukanlah sesuatu yang istimewa,karena hampir setiap minggu bisa makan bersama. Karena tinggal berdekatan,malahan ada seluruh keluarga besa tinggal dalam satu komplek. Tapi lain dulu,lain pula sekarang, Dijaman kini,jangankan mengumpulkan seluruh anggota keluarga. malahan untuk makan malam bersama anak istri saja ,sudah mengalami banyak halangan.Â
Karena ada yang masih kuliah, ada yang kerja lembur. anak lagi kurang sehat ,ada tamu datang dirumah dan seterusnya. Sehingga semakin hari walaupun satu keluarga inti, hanya mendapatkan kesempatan ,mungkin sebulan sekali untuk dapat menikmati makan malam bersama.Â
Untuk dapat bertemu,perlu setiap pribadi dengan iklas meninggalkan kepentingan pribadi,seperti mau fitness., ada pertemuan, janji dengan teman teman dan alasan lainnya. Bila setiap anggota keluarga mau menempatkan bahwa :"family is the first"barulah pertemuan dan santap bersama seluruh anggota keluarga dapat terpenuhi

Kami masing masing berangkat dengan kendaraan terpisah dan bertemu pada waktu yang hampir bersamaan.Walaupun yang duduk dimeja terdiri dari tiga generasi,namun kami semua bersikap santai dan jauh dari formalitas.Â
Karena sikap yang  terlalu menjaga formalitas,akan menciptakan jarak  yang akan menyebabkan pertemuan terasa tawar. Kami saling bercanda dan ketawa bersama sama, dengan tetap menjaga kesantunan. Ada 8 jenis masakan yang dipesan. Ada tahu, ayam goreng, daging, sayur, capcay ,udang dan cumi cumi. Sambil ngobrol sana sini, perlahan lahan makanan berpindah tempat dari piring ke dalam perut.

Walaupun sudah lama tinggal di Australia, tapi saya belum pernah mencoba makan masakan daging buaya. Pertama harganya jauh lebih mahal dibandingkan daging sapi, Kedua membayangkan buaya ,niat untuk mencoba menyantapnya menjadi surut.
Tapi karena sudah dipesan dan saya melirik, ternyata daging buaya tidak seperti yang dibayangkan, Ternyata daging buaya sepintas sangat mirip dengan daging cumi cumi. Dan saya mencoba makan sepotong. Ternyata enak,maka tanpa ditawarkan, beberapa potong daging buaya, untuk pertama kali dalam hidup.masuk ke dalam perut saya. Sedangkan istri saya tidak berani mencobanya
Tulisan ini bukan menceritakan hal hal yang spektakuler,melainkan hal hal yang sangat biasa biasa saja. Namun bagi kami berdua.mendapatkan kesempatan makan bersama teman teman, menghadirkan kegembiraan dalam diri.sedangkan santap bersama anak, mantu dan cucu cucu, serta mantu cucu, menciptakan kebahagiaan dalam diri kami. Hal kecil, tapi sangat bermakna bagi kami.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI