Diterima Orang Dengan Hati Terbuka Sungguh Merupakan Kebahagiaan Besar
Pertama kali akan berkunjung ke Banda Aceh,sempat beberapa orang sambil berbisik bisik,menasihati agar kami membatalkan niat kami untuk kesana. "Sebaiknya pak Effendi dan bu Rose,jangan kesana,karena pasti tidak akan diterima oleh masyarakat " Tapi kami sudah bertekad  untuk berangkat,apapun resikonya. Karena kami datang,bukan untuk mencari lawan,melainkan justru untuk menjalin persahabatan.
Ternyata,kami sangat berbahagia,karena bukan hanya sekedar diterima dengan berbasa basi,malahan kami diundang untuk berkunjung kerumah teman teman di Janto Setelah itu,kami masih diundang makan dan kami berdua tidak diizinkan untuk membayar,karena kami dianggap sebagai tamu. Hubungan baik tersebut terus berlanjut hingga kini,padahal jelas kami berdua berbeda dengan masyarakat Aceh.Bahkan sebelum pulang,saya mendapatkan oleh oleh sebuah batu akik dari pak Haji.
Seperti yang sudah berulang kali saya tuliskan,bahwa diri saya  pribadi bukanlah tipe orang yang agamis. Sejujurnya,saya tidak hafal ayat ayat kitab Suci dari agama yang saya imani. Selama 75 tahun menjalani hidup,yang saya pedomani cuma satu hal,yakni :" kalau tidak bisa meringankan ,jangan membebani orang lain".
Yang lainnya adalah :" Kita tidak mungkin menyukai semua orang,tapi yang bisa dilakukan adalah  jangan membenci,mereka yang tidak disukai" Kedua hal ini saja,belum mampu saya lakukan dengan sempurna,apalagi hal hal  yang terlalu melambung tinggi kelangit,sungguh tidak mampu saya mencernakannya,apalagi mengaplikasikannya dalam perjalanan hidup ini.
Kami sudah bersahabat dengan Haji Andri sekeluarga sejak tahun 78 ,jadi sekitar 40 tahun lalu. Hubungan persahabatan kami bukan dilandasi sebagai mitra bisnis.Melainkan sebuah persahabatan semata. Awalnya kami saling kenal,karena sama sama hobi amatir radio,kemudian berlanjut terus,walaupun kelengkapan radio amatir sudah tidak pernah digunakan lagi. Suatu hari dibulan puasa,kami sedang pulang kampung dan diajak oleh pak H.Andri jalan jalan ke Bukittinggi. Tentu saja ajakan tersebut langsung kami iyakan.Â
Setibanya di Bukittinggi,kami duduk bersantai ria di tepian Ngarai Sianok,sambil bercerita panjang lebar mengenai kehidupan  kami,sejak berpisah.Tanpa terasa jam sudah menunjukan pukul 1.00 siang.Perut saya terasa perih,karena belum makan siang .Mau  makan,rasanya tidak enak juga,mngingat sahabat saya puasa.Tiba tiba ,pak H.Andri  minta izin meninggalkan kami.Katanya :" Ambo ka muko sabanta yo pak /bu" (Saya kedepan sebentar ya pak/bu).Kemudian ia berjalan kaki dan menghilang dari pandangan  mata saya.
Sekitar 10 menit kemudian ,Pak H.Andri kembali membawa bungkusan. Di berikan kepada saya ,sambil berkata :" Pak Effendi dan  Bu Ros silakan makan didalam kendaraan, saya duduk  diluar ya" (dalam bahasa Padang) .Pada awalnya saya terpana dan berkata:"Lho kan pak Andri puasa?"Â
"Iyo pak,ambo puaso,tapi apak jo ibuk kan  indak puaso" (benar,saya puasa,tapi bapak dan ibu kan tidak puasa) Saya  sangat terharu,bukan masalah dapat dua bungkus nasi,tapi  dari sikap pak Andri yang begitu tulus.  Kami berbeda dalam banyak hal,beda suku,beda budaya,beda latar belakang kehidupan dan  beda agama.Tapi H.Andri sudah memberikan contoh ,bagaimana memaknai arti dari hidup berbagi Hingga kini,hubungan persahabatan kami tidak tergerus oleh perjalanan waktu ,H.Andri tinggal di Ulak Karang, kota Padang.
Bukan Kisah Spektakuler
Yang saya tuliskan adalah sepotong kisah hidup yang amat biasa ,tidak ada hal hal yang spektakuler.Seperti halnya,yang sudah pernah saya tuliskan adalah tentang sepotong ubi rebus yang diberikan oleh bu Halimah,ketika saya malaria saya kambuh di perjalanan Medan menuju ke Padang. Begitu juga tentang H.Syaifullah,yang telah mangajak saya makan sebungkus nasi dengan sambal ikan asin,sambil lesehan dilantai Masjid,pada waktu bis ALS yang saya tumpangi tidak dapat melanjutkan perjalanan,karena jembatan putus dan seluruh penumpang dititip untuk menginap di Masjid
Baik bu Halimah,maupun pak H.Syaifullah,keduanya sudah lama almarhum ,namun pelajaran hidup yang diberikan oleh alm,tidak pernah saya lupakan untuk selamanya,yakni:"untuk berbagi,tidak harus dengan orang seiman"
Ditulis ,karena  kegalauan hati,menyaksikan betapa belakangan ini sangat terasa kedamaian sudah merupakan sesuatu yang langka .
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H