Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengubah Kali Kumuh Jadi Destinasi Wisata Bergengsi

15 Agustus 2018   17:39 Diperbarui: 15 Agustus 2018   21:02 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanal Amsterdam Menyedot Jutaan Wisatawan Setiap Tahun

Berkunjung ke Jakarta tapi tidak sempat berkunjung ke Monas bagi para wisatawan mancanegara ketika ke ibu kota negara Republik Indonesia terasa ada yang kurang. Hal ini dapat dianalogikan bilamana kita mengunjungi Amsterdam, tapi tidak menyempatkan diri untuk menikmati wisata air yang eksotik mengelilingi Kanal Amsterdam yang konon panjangnya hampir mencapai 100 kilometer. 

dok.tjiptadinata effendi
dok.tjiptadinata effendi
Untuk mencapai Kanal Amsterdam ini sangat mudah. Salah satunya adalah dengan menumpang kereta api dan berhenti di Central Train Station. Dari sini kita tinggal berjalan kaki beberapa menit untuk dapat mencapai pinggiran kanal. 

Di sepanjang jalan tampak pengemudi sepeda mendominasi jalan raya yang sempit karena masih mempertahankan gaya dan arsitektur zaman dulu dengan tetap menjaga keasrian seluruh bangunan bersejarah disepanjang jalan. 

Menurut Ronald dan Yet yang sudah hampir 40 tahun domisili di sini, jumlah sepeda yang ada di Amsterdam melebihi jumlah penduduknya. Karena hampir setiap warga memiliki sepeda masing masing dan ditambah lagi ada  yang mempunyai lebih dari satu sepeda di rumah mereka.

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Aneka Ragam Pilihan

Setibanya di pinggiran kali ada beragam konter yang menawarkan tiket untuk mengelilingi Kanal Amsterdam. Kami memilih  membeli tiket yang harganya 11 Euro perorang atau setara dengan sekitar Rp150000 per orang. Kapten kapal yang mengemudikan perahu bermotor bertindak sekaligus sebagai Pemandu Wisata air ini. 

Begitu menginjakan kaki kedalam perahu bermotor ini, ada perasaan lega karena tempat duduk yang disediakan cukup lapang dan ada meja kecil di depan kita untuk meletakan barang bawaan ataupun mau minum secangkir kopi.

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Sebagian dari penumpang memilih duduk dibagian anjungan perahu mungkin agar lebih leluasa memotret sana sini tanpa terhambat oleh dinding pembatas yang terbuat dari fiber glass

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Mathew, pria yang mengaku warga asli di Amsterdam ini menjelaskan dalam dua bahasa, yakni bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Sehingga saya tidak perlu kebingungan mendengar penjelasan dalam bahasa Belanda dan juga tidak perlu mengganggu Ronald dan Yet dengan sering bertanya tentang apa yang diterangkannya.

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Menurut Mathew, kanal ini dibangun sejak abad ke 17 dan sejak itu dilestarikan dan sekaligus dijadikan destinasi wisata air yang ternyata diminati oleh jutaan orang. Hal ini terbukti dari total kunjungan yang mencapai angka 7 juta orang setiap tahunnya.

Sementara di sepanjang kanal tampak rumah rumah yang berasal dari perahu yang sudah tidak layak dipakai mengangkut penumpang yang dimodifikasi menjadi rumah tinggal. Tak ubahnya bagaikan rumah terapung yang banyak terdapat di Hongkong. Namun bedanya, tidak ada floating restaurant di sini dan semuanya tertata dengan baik dan apik.

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Ada begitu banyak terowongan yang dilalui oleh perahu bermotor yang kami tumpangi ,namun sakng asyiknya memandang keindahan wisata air yang eksotik ini membuat saya tidak sempat mencatat nama nama yang disebutkan. Begitu juga setiap kali melewati gedung-gedung bersejarah dan sudah dijadikan heritage bulding, Kapten kapal menjelaskan tahun berdirinya dan nama gedungnya.

Selama satu setengah jam kami mengelilingi hampir setiap seluruh pelosok Kanal Amsterdam ini dan hampir setiap 5 menit sekali kami berpapasan dengan perahu bermotor lainnya yang juga membawa para penumpang.

dok. tjiptadinata effendi
dok. tjiptadinata effendi
Seandainya di Jakarta, Kali Ciliwung dapat dimodifikasi menjadi salah satu destinasi wisata air yang akan menjadi sumber daya tarik bagi para wisatwan mancanegara, alangkah baiknya. Tapi mungkin hal ini masih merupakan impian yang terlalu muluk?

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun