Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Amsterdam, Ikon Dunia Bagi Kebebasan

14 Agustus 2018   20:36 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:40 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.tjiptadinata effendi /salah satu bangunan gereja di Amsterdam

Hari ini ,kami berdua dibawa untuk menyaksikan dimana :"Surga dan Neraka " berada disatu tempat secara berdampingan,yakni Amsterdam ,ibu kota Negeri Belanda. Setelah kendaraan di parkir di Train Central Station.kami ,yakni saya dan istri serta Ronald dan Iyet istrinya,menumpang kereta api dengan tujuan Amterdam. 

Setelah membeli tiket,maka kami melenggang masuk dan menunggu di Plaform 6 .Hanya menunggu sekitar 5 menit,kereta api tiba dan kami masuk kedalam gerbong yang masih tampak sepi. Mungkin karena masih pagi.

dok.tjiptadinata effendi /salah satu bangunan gereja di Amsterdam
dok.tjiptadinata effendi /salah satu bangunan gereja di Amsterdam
Dan beberapa saat kemudian,kereta api bergerak dengan destinasi Amsterdam dan sambil bercerita hilir mudik,tentang keunikan sifat-sifat orang Belanda secara umumnya. Ronald yang adalah alumni USU dan menjadi Dosen di salah satu university di kota Tilburg banyak menjelaskan tentang pernak pernik Amsterdam.

dok.tjiptadinata effendi dengan latar belakang Central Train Station
dok.tjiptadinata effendi dengan latar belakang Central Train Station
Dari mulai penjara ,dimana warga penghuni penjara boleh pesan menu sesuai selera mereka.hingga daerah :"Lampu Merah" yang menjadi salah satu ikon dari kota Amsterdam ini.  

Kami bercerita dalam bahasa Padang,sehingga "tetangga " kami di gerbong kereta api,memandang dengan heran.Mungkin sebuah teki teki bagi mereka, dalam bahasa apa kami berbicara? Saking asyiknya ,maka tanpa terasa ,kami sudah tiba di lokasi yang menjadi tujuan  kami,yakni di Amsterdam.

dok.tjiptadinata effendi /daerah Lampu Merah dimana para barbie hidup menjajakan diri di estalase
dok.tjiptadinata effendi /daerah Lampu Merah dimana para barbie hidup menjajakan diri di estalase
Kota Penuh Kebebasan

Dikota ini orang bebas memilih jalan hidup masing masing.Ada rumah rumah ibadah ,bagi mereka yang ingin menuju jalan ke surga,ada juga daerah Lampu Merah,dimana para :"barbie hidup" menjajakan diri secara terang terangan. 

Calon "pembeli " boleh melihat lihat dulu di estalase,tak ubahnya bagaikan mau beli barang di toko. Kalau tertarik boleh masuk dan adakan tawar menawar. Tapi ini bukan  pengalaman pribadi saya,melainkan diceritakan oleh Ronald.

dok.tjiptadinata effendi / bendera petanda daerah komunitas Gay berjualan
dok.tjiptadinata effendi / bendera petanda daerah komunitas Gay berjualan
Mau makan enak? Tidak ada masalah ,karena beragam masakan dan restoran  tersedia disini.Tidak usah naik taksi,cukup berjalan kaki saja. Ada European food,Chinese Restaurant dan tentu ada juga indonesian Food.  

dok.tjiptadinata effendi/ restoran Indonesia
dok.tjiptadinata effendi/ restoran Indonesia
Atau mau makan buahan? Juga tidak harus masuk ke super market karena ada yang jualan buahan di toko toko pinggiran jalan yang harganya jauh lebih murah dibandingkan, berbelanja di mall atau di supermarket,

dok.tjiptadinata effendi/jualan buah dipinggir jalan
dok.tjiptadinata effendi/jualan buah dipinggir jalan
Tempat Press Sampah Yang Unik

Disamping tempat sampah yang sejenis dengan tempat sampah biasa,ada satu tempat sampah,khusus untuk sisa sisa makanan dan sisa dapur,yang dimasukkan  kedalam bak dan kemudian,tuasnya ditarik dan seluruh sampah dituangkan kedalam bak yang berada didalam tanah. 

Mirip dengan Septiktank ,penampung limbah dari toilet .Ini baru pertama kalinya saya menengok cara memadatkan sampah secara efektif dan efisien menggeunakan tempat

dok.tjiptadinata effendi
dok.tjiptadinata effendi
Ikon Kebebasan Dunia

Selama berkunjung ke ibu kota berbagai negara di dunia,baru kali ini menyeksikan ibu kota,yang menawarkan kebebasan kepada warganya secara terbuka. Ada rumah ibadah, pusat pembelanjaan berbagai kebutuhan hidup kuliner dan Casino. 

dok.tjiptadinata effendi/casino
dok.tjiptadinata effendi/casino
Orang bebas untuk memilih jalan hidup masing masing. Mau ke rumah ibadah,bersantai ria atau memanjakan mata atau  menghabiskan uangnya ditempat  plesiran. Bahkan menikah dengan sesama jenis disini bukanlah sesuatu yang haram bahkan dengan bangga mereka memasang bendera ,untuk menunjukan bahwa mereka eksis di tengah tengah masyarakat.

dok.tjiptadinata effendi/kelenteng
dok.tjiptadinata effendi/kelenteng
Sebagai seorang wisatawan ,jalan terbaik bagi kita adalah menyimpan semua komentar  kita atau jangan melintas di daerah Lampu Merah,karena disini hak mereka diakui.Kalau kita menunjukkan sikap yang melecehkan mereka maka berarti kita cari gara gara. 

Mungkin dapat dikatakan bahwa Amsterdam merupakan tempat ,dimana :"surga dan neraka" berada berdampingan dalam satu kota.Orang tinggal memilih,jalan mana yang mau ditempuh?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun