Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Keunikan Pulau Li Pari

7 Agustus 2018   01:18 Diperbarui: 7 Agustus 2018   01:31 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batu Batuan Raksasa Tumbuh Dari Dasar Laut

Disamping Pulau Vulcano yang sudah kami kunjungi kemarin,masih ada lagi pulau Li Pari dan Stombolli yang masih termasuk kedalam wilayah provinsi Sicilia. Mengitari pulau Li Pari ini, memberikan sebuah pengalaman unik bagi kami, karena walaupun sudah berkunjung ke Italia untuk keempat kalinya, tapi baru kali ini kami diajak naik kapal pesiar mini untuk mengelilingi pulau ini.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dari kejauhan, tampak seakan ada sesuatu yang tumbuh atau dibangun dari dasar laut tapi setelah kapal melewati lebih dekat maka dengan kasat mata kami baru menyakini bahwa apa yang kami nampak adalah merupakan batu alami yang seakan tumbuh dari dasar laut. Jadi ingat akan padang Pasir Pinnacles di Western Australia, dilokasi ini juga tampak seakan batu batu karang tumbuh dari perut bumi dan mencuat keatas permukaan. 

Bedanya adalah di Pinnacles batu batuan tersebut tumbuh di padang pasir yang luas sedangkan batu raksasa ini tumbuh dari dasar laut yang membiru.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
.Menyaksikan semua penampakan ini,sungguh semakin kita merasa semakin kecil dihadapan Sang Maha pencipta. Betapa batu batuan yang menjulang ke permukaan ini, bisa tumbuh bagaikan sebatang pohon dari dasar laut yang entah berapa kedalamannya. Sementara kapal pesiar mini ini mengelilingi dengan lambat lambat, pulau-pulau atol yang menonjol kepermukaan ini sekaligus merangkap sebagai tour guide bagi para penumpang. 

Namun sayang sekali tidak dijelaskan dalam bahasa Inggris sehingga kami lebih banyak menikmati keindahan alam disini,ketimbang bertanya tanya tentang apa yang dijelaskan oleh Kapten kapal ini.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Puas Berkeliling  Kapal Merapat Ke Pulau

Setelah puas mengelilingi pulau Li Pari, maka kapal yang membawa kami mulai merapat ke dermaga. Syukur kali ini laut tidak berombak seperti kemarin sehingga kami dapat melangkah turun dengan santai tanpa perlu dibantu oleh awak kapal.. Setelah menuruni anak tangga kapal, kami mulai menginjakan kaki di pulau Li Pari ini. 

Mau jalan kaki keliling pulau, agaknya cuaca terlalu panas untuk berjalan kaki maka setelah sempat menikmati minuman dingin disalah satu cafe di sana, kami menumpang taksi yang berbeda dengan taksi regular yang biasa terdapat dimana mana. 

Taksi disini lebih mirip dengan kendaraan yang biasa digunakan dilapangan golf, namun dengan ukuran yang lebih besar

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Memasuki gang yang sangat pas pasan, sempat membuat kita was was ketika berpapasan dengan taksi lainnya. Namun rasa kekuatiran tersebut sirna ketika menyaksikan begitu piawainya seorang pengemudi taksi yang berpapasan dengan taksi yang kami tumpangi untuk memundurkan kendaraannya dengan sangat tangkas

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Angin laut yang bertiup perlahan,menghadirkan kesejukan bagi kami melawan teriknya sinar mentari dimusim panas ini. Sehingga dapat menikmati perjalanan dengan menggunakan taksi terbuka ini. 

Ada Masjid Di Li Pari

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sepintas dari kejauhan bangunan ini tidak tampak seperti sebuah masjid. Hal ini berbeda ketika 3 tahun lalu, kami mengunjungi masjid terbesar di Catina. Yang membedakannya dengan bangunan lainnya adalah tulisan Arab yang terpampang di depan pintu masuk.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kami juga sempat berhenti sesaat didepan sebuah gereja kuno yang berada diatas perbukitan di pulau ini. Pintu gereja terbuka namun tidak ada yang menjaga. Di bagian dalam tampak apik dan hanya satu dua orang turis yang masuk mengambil foto atau sekedar berdoa sesaat.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sesungguhnya masih banyak lagi yang dapat diceritakan, namun rasa panas yang serasa membakar wajah dan tubuh membuat saya memutuskan untuk menyudahi tulisan ini, hingga disini. Satu lagi pengalaman unik yang semakin membuat rasa syukur kami melambung tinggi.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun