Angin laut yang bertiup perlahan,menghadirkan kesejukan bagi kami melawan teriknya sinar mentari dimusim panas ini. Sehingga dapat menikmati perjalanan dengan menggunakan taksi terbuka ini.Â
Ada Masjid Di Li Pari
Sepintas dari kejauhan bangunan ini tidak tampak seperti sebuah masjid. Hal ini berbeda ketika 3 tahun lalu, kami mengunjungi masjid terbesar di Catina. Yang membedakannya dengan bangunan lainnya adalah tulisan Arab yang terpampang di depan pintu masuk.
Kami juga sempat berhenti sesaat didepan sebuah gereja kuno yang berada diatas perbukitan di pulau ini. Pintu gereja terbuka namun tidak ada yang menjaga. Di bagian dalam tampak apik dan hanya satu dua orang turis yang masuk mengambil foto atau sekedar berdoa sesaat.
Sesungguhnya masih banyak lagi yang dapat diceritakan, namun rasa panas yang serasa membakar wajah dan tubuh membuat saya memutuskan untuk menyudahi tulisan ini, hingga disini. Satu lagi pengalaman unik yang semakin membuat rasa syukur kami melambung tinggi.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya