Menjawab pertanyaan, "Mengapa mau menjadi Penulis?"
Orang yang setiap hari merokok, disebut "Perokok". Orang yang setiap hari mencari barang bekas untuk dijual lagi, disebut "Pemulung". Orang yang sering kali berdusta disebut "Pendusta" dan orang yang kerjanya mencuri disebut" Pencuri". Kesimpulan  dalam  pengertian umum bahwa orang yang setiap hari menulis disebut " Penulis".
Tentu tidak perlu dibahas, apakah hanya orang yang sudah menerbitkan sebuah buku  saja yang boleh disebut Penulis ataukah semua yang hobi menulis boleh saja disebut sebagai "Penulis". Karena tulisan ini bukanlah dalam konteks membahas hal tersebut. Yang ingin disampaikan pada tulisan ini adalah, apakah benar menjadi Penulis adalah sebuah kebanggaan? Kalau jawabannya " Ya", mengapa? Tapi kalau seandainya jawabannya "tidak" tentu ada alasan untuk mengatakan hal demikian.
Kembali ke Topik Â
Satu pertanyaan yang terdiri dari empat suku kata, menghadirkan puluhan jawaban yang sangat bervariasi. Dan anehnya tak satupun dari jawaban yang berbeda dapat dianggap sebuah kesalahan. Karena setiap orang memang berhak menentukan sendiri kriteria mengapa ia menulis? Sebagai contoh, ada yang mengatakan bahwa menjadi penulis adalah untuk melawan lupa.
Ada juga yang mengatakan bahwa bagi dirinya menulis adalah jalan untuk mencapai popularitas diri. Dan tidak ada salahnya bilamana ada yang mengatakan bahwa menjadi seorang Penulis adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Seperti yang sudah dituliskan di atas, tidak ada jawaban yang salah karena setiap orang bukan hanya boleh, tapi berhak menentukan bagi dirinya, mengapa ia menjadi seorang Penulis?
Bagi Saya Pribadi Menulis adalah Sebuah Kebanggaan!
Walaupun bukan secara pribadi, saya hanya merupakan Penulis awam dan alami dan tidak dibekali dengan pengetahuan sebagaimana seorang jurnalis, tapi bagi saya menjadi Penulis adalah sebuah kebanggaan. Dan saya ingin mempertahankannya dengan berusaha keras untuk tetap menulis, walaupun untuk itu tidak jarang harus menyandang laptop dalam perjalanan panjang.
Ketika orang lain sudah tidur lelap, saya masih berusaha untuk tetap menulis. Apalagi karena ada perbedaan jam yang mencolok dan diserang rasa kantuk yang sangat, maka di saat-saat seperti itu, menulis sungguh membutuhkan ketegaran hati untuk melawan kantuk.
Mengapa menulis menjadi kebanggaan bagi saya pribadi? Walaupun saya tidak menampik bahwa dengan menulis saya pernah menikmati hasilnya secara nyata dalam wujud uang, tapi pada hakekatnya rasa bangga bukan berdasarkan mendapatkan reward dalam bentuk materi, melainkan rasa bangga karena tulisan saya dibaca orang banyak, bahkan tidak jarang di-share ke blog-blog pribadi. Tidak jarang juga dijadikan referensi oleh media utama.