Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Tunggu hingga Kehilangan Baru Mau Menghargai

5 Juli 2018   20:57 Diperbarui: 5 Juli 2018   21:35 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan  Antar Sesama Adalah Ibarat Jam Tangan ,Sekecil Apapun Komponennya Ikut Menentukan Jalan Hidup Kita

Sifat manusia secara umumnya adalah kurang menghargai barang barang yang ada .Dimulai dari hal yang paling kecil dan tampak sepele,misalnya sebuah ball point,yang harganya cuma 5 ribu rupiah. Sehabis digunakan kita biarkan tergeletak begitu saja dimeja ,atau diselipkan disana sini.

Karena berpikir ,apalah artinya sebuah ball point murahan tersebut? Tetapi suatu saat ketika kita mendapat telpon penting dan ingin mencatat alamat atau nomor telepon yang disampaikan oleh penelpon, baru kita sibuk mencari ball point tersebut,yang entah terselip dimana. 

Pada saat kita membutuhkan dan barangnya tidak ditemukan,maka pada saat itulah baru kita sadar,bahwa barang murahan yang berupa sebuah ball point tersebut sangat berarti ketika dibutuhkan.

Hal Ini Berlaku Juga Dibidang Kehidupan Lainnya

Misalnya ketika hari raya Idul Fitri dan pembantu rumah tangga kita minta izin cuti selama sebulan untuk pulang kampung,maka ketika pembantu kita sudah berangkat,baru kita sadar diri,bahwa sesungguhnya kita membutuhkan tenaganya. Karena sejak pembantu pulang kampung,maka urusan membersihkan rumah,mengepel lantai dan sebagainya,yang biasanya dikerjakan oleh pembantu kini harus dikerjakan dengan tangan sendiri.

Baru mengepel sebagian dari lantai dapur,pinggang sudah serasa mau patah ,rasanya menderita banger,mengerjakan suatu hal yang selama ini tidak pernah disentuh. Selama ini ,sama sekali tidak merasa perlu menghargai pembantu,karena merasa sudah membayar gajinya,yang tidak seberapa.

Selama sebulan pembantu tidak dirumah,baru merasakan ,bahwa selama ini ,kita banyak dibantu oleh pembantu rumah tangga,namun luput dari perhatian kita

Begitu juga dengan Tukang Kebun,sejak tukang kebun minta izin pulang kampung,dan kita mencoba membersihkan kebun dan memotong rumput dengan tangan sendiri baru memahami,bahwa  menjadi tukang kebun,bukanlah sebuah pekerjaaan yang mudah. Baru satu jam bekerja membersihkan kebun pinggang serasa mau patah dan telapak tangan melepuh disana sini akibat tidak biasa menggunakan gunting rumput.

Penjual Sayur Keliling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun