Hindari Menjadi Boss Dalam Keluarga
Posisi sebagai Kepala Keluarga dan Ibu Rumah Tangga adalah status sosial, untuk melambangkan kehidupan berkeluarga. Sayang sekali cukup banyak orang yang keliru dalam menafsirkan "peringkat " ini, sehingga bertindak sebagai "boss" dalam rumah tangga. Yang memberikan perintah sana-sini dan bersifat otoriter, karena merasa sebagai kepala rumah tangga yang sudah menafkahi anak dan istri.
Karena itu, tidak mengherankan terjadinya jurang pemisah antara suami dan istri. Ketika istri mau membicarakan sesuatu pada suaminya, harus pandai-pandai membawa diri, seakan anak-anak yang mau sesuatu pada orang tuanya.
Komunikasi yang berlangsung bukan lagi sifatnya antara dua orang yang saling mencintai, melainkan komunikasi antara "penguasa" dan orang bawahan yang harus tunduk pada perintah suami.
Biasakanlah Berkomunikasi Dua Arah antara 2 Orang yang Saling Mencintai
Bila hal ini terus diterapkan, maka jangan heran bila kelak sifat seperti ini akan di-copy-paste oleh anak-anak. Jangan lupa bahwa anak-anak adalah peniru yang paling handal dalam segala hal. Karena itu, sebelum semuanya terlambat, mulailah membiasakan diri untuk berkomunikasi yang sifatnya antara dua orang yang saling mencintai.
Sambil duduk santai di teras rumah ataupun ketika sedang olah raga pagi. Tidak lagi harus menunggu suami duduk di kursi dan kemudian istri datang menghadap dan mengutarakan isi hatinya.
Jangan takut kehilangan wibawa sebagai suami. Saya sudah membuktikan, istri saya bebas berbicara apapun dan di mana saja, tanpa harus menengok situasi dan kondisi. Akan  tetapi saya selalu ditempatkan sebagai kepala keluarga dalam mengambil keputusan, terutama bilamana keputusan tersebut menyangkut atau melibatkan orang di luar keluarga.
Kalau ada telpon yang mengundang kami makan bersama, tidak pernah istri saya memutuskannya sebelum menanyakan pada saya. Apalagi bila menyangkut hal hal besar.
Ini adalah salah satu bukti bahwa komunikasi  dua arah antara suami dan istri dalam rumah tangga sama sekali tidak akan mengurangi wibawa suami sebagai kepala rumah tangga. Syaratnya hanya satu, yakni "jangan ada boss" dalam rumah tangga.
Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dan juga pengalaman orang lain. Semoga ada manfaatnya.