Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Angpau, Cara Didik Anak Aplikasikan Hidup Berbagi

12 Juni 2018   10:31 Diperbarui: 12 Juni 2018   10:47 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pohon angpau: tjiptadinata effendi


Gonjang Ganjing Tentang Angpau

Kalau dulu istilah "angpau" hanya dikenal secara khusus di lingkungan warga keturunan Tionghoa, tapi kini angpau sudah menjadi istilah yang umum digunakan dalam urusan yang berkaitan dengan uang yang ada hubungan dengan hari raya. Kalau dulu istilah "THR" mendominasi pembicaraan seputar uang tunjangan hari raya, kini dalam bahasa gaul lebih dikenal dengan istilah "angpau".

Angpau disematkan pada uang yang diberikan maupun diterima dalam hubungannya dengan hari raya. Jadi tidak lagi semata dalam konteks hari raya Imlek yang biasa dirayakan sebagai tradisi keturunan Tionghoa.

Arti dan Makna Angpau 

Saya membatasi diri pada pemahaman kata "angpau" sebagai tradisi Tionghoa dan tidak membahas tentang pemahaman dari sisi Hari Raya atau Lebaran karena saya bukan dalam kapasitas untuk membicarakannya.

Tulisan ini juga hanya berdasarkan pengalaman hidup karena terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakat Tionghoa di kota Padang. Boleh jadi  pemahaman ini berbeda dengan warga keturunan Tionghoa yang lahir  di Medan atau di tempat lainnya. 

Karena walaupun sama sama keturunan Tionghoa, tapi adat istiadat bisa berbeda. Saya pribadi terlahir dari suku Hokian atau Hokkien. Tradisi "angpau" ini sudah berlangsung sejak lama, setidaknya sejak saya masih kecil yakni sekitar hampir 70 tahun lalu. Karena saya tidak bisa menceritakan hal yang belum saya alami.

Kata "angpau" sesungguhnya terdiri dari 2 suku kata, yakni "ang" artinya "merah", sedangkan "pau" artinya bungkusan. Mungkin masih ingat kisah unik tentang "Bakpau" Setya Novanto?  Nah, "bak" artinya daging, sedangkan "pau" artinya bungkusan. Maka secara keseluruhan daging yang dibungkus dengan tepung terigu dan dimasak disebut "bakpau".

Kembali ke Topik

Sesuai dengan istilahnya, maka angpau selalu diberikan  dalam bentuk amplop atau bungkusan uang dalam kertas berwarna merah cerah. Merah melambangkan keceriaan dan kegembiraan hati serta harapan. Jadi kalau mau memberikan uang duka kepada keluarga yang meninggal, jangan pernah menggunakan amplop warna merah, karena akan membuat orang bingung. Sebab untuk uang duka diberikan dalam amplop putih yang disebut sebagai "phakpau".

Pemberian Angpau merupakan ajaran kasih bagi anak-anak secara alami. Sejak masih kecil mereka sudah menerima "angpau" yang tentu menghadirkan rasa sukacita dalam diri mereka. Setiap tahun ritual ini akan tumbuh dan berkembang dalam diri mereka, sehingga kelak setelah dewasa mereka sudah terdidik untuk mengaplikasikan hidup berbagi kepada orang lain yang tingkatnya lebih rendah, dalam pengertian baik lebih muda dalam usia, maupun dalam tatanan garis keturunan keluarga. Bila keuangan memadai boleh juga memberikan kepada orang yang  usianya jauh lebih tua dengan kondisi keuangannya memprihatinkan.

Angpau juga diberikan oleh anak-anak yang sudah berhasil dalam hidupnya kepada kedua orang tua. Saya dan istri setiap tahun, hingga kini, masih menerima angpau dari anak-anak kami sebagai sebuah rasa kasih sayang.

Bagi Angpau kepada Semua Anak-anak yang Datang

Bila kondisi keuangan memadai maka semua anak-anak yang datang memberikan ucapan selamat tahun baru akan  diberikan angpau. Biasanya anak-anak yang sudah remaja akan diberikan dalam jumlah yang lebih besar. Tapi bilamana kondisi keuangan pas-pasan, maka bila ada sanak keluarga yang datang memberikan ucapan selamat dengan membawa anak-anak mereka, maka cukup memberikan satu angpau pada yang paling kecil saja.

Besar kecilnya nilai nominal angpau tentu disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Karena esensial dari angpau sesungguhnya bukan nilai nominal yang ada dalam amplop merah tersebut, tapi adalah cara mendidik anak-anak, menerapkan hidup berbagi

Catatan: Mohon maaf, tulisan ini bersifat pribadi dan tidak mewakili golongan Tionghoa secara umum melainkan sebatas apa yang saya alami sebatas salah seorang warga keturunan Tionghoa yang dilahirkan di era dai nippon di kota Padang.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun