Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Angpau, Cara Didik Anak Aplikasikan Hidup Berbagi

12 Juni 2018   10:31 Diperbarui: 12 Juni 2018   10:47 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pohon angpau: tjiptadinata effendi

Pemberian Angpau merupakan ajaran kasih bagi anak-anak secara alami. Sejak masih kecil mereka sudah menerima "angpau" yang tentu menghadirkan rasa sukacita dalam diri mereka. Setiap tahun ritual ini akan tumbuh dan berkembang dalam diri mereka, sehingga kelak setelah dewasa mereka sudah terdidik untuk mengaplikasikan hidup berbagi kepada orang lain yang tingkatnya lebih rendah, dalam pengertian baik lebih muda dalam usia, maupun dalam tatanan garis keturunan keluarga. Bila keuangan memadai boleh juga memberikan kepada orang yang  usianya jauh lebih tua dengan kondisi keuangannya memprihatinkan.

Angpau juga diberikan oleh anak-anak yang sudah berhasil dalam hidupnya kepada kedua orang tua. Saya dan istri setiap tahun, hingga kini, masih menerima angpau dari anak-anak kami sebagai sebuah rasa kasih sayang.

Bagi Angpau kepada Semua Anak-anak yang Datang

Bila kondisi keuangan memadai maka semua anak-anak yang datang memberikan ucapan selamat tahun baru akan  diberikan angpau. Biasanya anak-anak yang sudah remaja akan diberikan dalam jumlah yang lebih besar. Tapi bilamana kondisi keuangan pas-pasan, maka bila ada sanak keluarga yang datang memberikan ucapan selamat dengan membawa anak-anak mereka, maka cukup memberikan satu angpau pada yang paling kecil saja.

Besar kecilnya nilai nominal angpau tentu disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing. Karena esensial dari angpau sesungguhnya bukan nilai nominal yang ada dalam amplop merah tersebut, tapi adalah cara mendidik anak-anak, menerapkan hidup berbagi

Catatan: Mohon maaf, tulisan ini bersifat pribadi dan tidak mewakili golongan Tionghoa secara umum melainkan sebatas apa yang saya alami sebatas salah seorang warga keturunan Tionghoa yang dilahirkan di era dai nippon di kota Padang.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun