Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meratapi Nasib Hanya akan Membuat Kita Semakin Tenggelam

9 Juni 2018   09:01 Diperbarui: 9 Juni 2018   10:32 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: alloy.com)

Meratapi Nasib Tidak Akan Mengubah Apapun

Kata pribahasa" Meratapi nasib tidak akan mengubah apapun". Dan kalau boleh ditambahkan, menangisi nasib justru akan membuat orang semakin tenggelam dalam penderitaan. 

Bahwa setiap orang pernah merasa sedih adalah sangat manusiawi. Kalau ada orang yang tidak pernah merasa sedih dalam hidupnya mungkin merupakan manusia yang berhati batu. Dan sesekali mengeluh, sakit kepala, pusing, sudah cari kerja, usaha gagal, bos galak dan sebagainya, juga merupakan dinamika hidup yang amat wajar.

Di saat saat inilah kita butuh teman atau pendamping yang mau mendengarkan dengan tulus keluhan kita. Walaupun secara fisik tidak dapat melakukan apapun untuk membantu kita, tapi setidaknya dengan curhat pada orang yang tepat akan meringankan beban bathin yang ditanggung.

Jangan Biarkan Keluh Kesah Membelenggu Hidup

Bangun pagi, bukannya mengawali dengan bersyukur karena masih diizinkan untuk hidup, malah mengedepankan wajah muram. Duduk bermenung di teras rumah dan pandangan mata menerawang. Suasana hati yang galau, pikiran kalut dan secara tanpa sadar, menghadirkan sikap yang tidak simpatik, baik terhadap pasangan hidup, maupun terhadap anak-anak dan seisi rumah.

Ketika berbicara, terasa sangat ketus dan menjawab asal asalan. Beban pikiran dan bathin yang galau ditebarkan melalui sikap dan energi negatif yang terpancar dari seluruh gerak kita. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap rasa nyaman dan aman serta merenggut keceriaan yang seharusnya hadir dalam sebuah keluarga yang harmonis.

Hal ini terus berlanjut hingga ke tempat perkerjaan. Setiap kali membuka pembicaraan selalu diawali dengan keluh kesah dan hal-hal negatif lainnya. Ketika ada yang menyapa: "Apa kabar?" 

Jawabannya:

  • "susah"
  • "lagi nggak enak badan nih"
  • "usaha gagal terus"
  • "cari kerja yang lebih baik belum dapat"
  • "boss cerewet banget"
  • "istri boros"
  • "suami orang yang tidak peduli"
  • "tetangga rewel"
  • "uang kontrak rumah belum terkumpul"
  • dan seterusnya dan seterusnya

Apa Yang Terjadi?

Sekali dua kali, lawan bicara akan mendengarkan dengan sabar, tapi bilamana setiap bertemu hanya menyampaikan keluh kesah belaka, maka secara lambat laun teman-teman akan menjauh dari diri kita. Jangan lupa, bahwa yang punya beban hidup bukan hanya diri kita. Sesungguhnya setiap orang pasti punya masalah pribadi yang tidak dapat diungkapkan kepada semua orang.

Dengan menjadikan hidup penuh keluh kesah, maka secara tanpa sadar kita sudah menebarkan energi negatif dan merusak suasana. Bayangkan ketika teman-teman sedang bercanda, kita datang dengan wajah muram dan mulai bercerita tentang susahnya hidup, maka suasana yang tadinya penuh dengan keceriaan, mendadak diam dan ikut hanyut dalam kemurungan.

Secara Psikologis

Pikiran selalu mendahului realita. Contoh sederhana, sebelum kita tiba ditempat tujuan pasti di dalam pikiran kita sudah terpikirkan akan menuju ke sana. Kalau kita berpikir bahwa sehabis minum air es maka perut kita akan merasa sakit, maka hal itupun terjadilah. Bila sebelum bertanding orang sudah merasa kalah, maka pasti ia akan kalah, karena sudah menciptakan kekalahan dalam dirinya sendiri. Selanjutnya bila kita berpikir tidak akan sanggup mengangkat sebuah benda, maka hal itupun terjadilah.

Karena itu, apa yang dipikirkan secara terus menerus, maka akan berubah menjadi kenyataan. Orang yang mengisi hidupnya dengan keluh kesah dan  kemurungan, adalah ibarat orang yang menyemai bibit petaka dalam hidupnya, maka tak heran hidupnya akan selalu dirundung malang tak henti hentinya.

Dalam bahasa agama, apa yang dipikirkan secara berulang kali dan menyakininya, tanpa sadar menjadi doa kita. Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa orang yang selalu berkeluh kesah adalah ibarat orang yang menjumpahi dirinya sendiri. Mungkin ada benang merah dengan pribahasa "you are what you think". Anda akan menjadi seperti apa yang dipikirkan.

Bila pikiran selalu diisi dengan hal-hal positif, maka suasana hati akan penuh dengan rasa syukur. Sebaliknya bila pikiran isinya adalah negatif, maka suasana hati akan menjadi galau dan jauh dari rasa syukur. Karena itu,orang yang yakin bahwa hidupnya memang diciptakan untuk menjadi kuli, maka jadilah ia kuli seumur hidupnya.

 My destiny is in my hand and your destiny is in your hand. Terpulang kepada diri kita masing masing,hidup seperti apa yang ingin dijalani. Your choise is your life!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun