Dengan menjadikan hidup penuh keluh kesah, maka secara tanpa sadar kita sudah menebarkan energi negatif dan merusak suasana. Bayangkan ketika teman-teman sedang bercanda, kita datang dengan wajah muram dan mulai bercerita tentang susahnya hidup, maka suasana yang tadinya penuh dengan keceriaan, mendadak diam dan ikut hanyut dalam kemurungan.
Secara Psikologis
Pikiran selalu mendahului realita. Contoh sederhana, sebelum kita tiba ditempat tujuan pasti di dalam pikiran kita sudah terpikirkan akan menuju ke sana. Kalau kita berpikir bahwa sehabis minum air es maka perut kita akan merasa sakit, maka hal itupun terjadilah. Bila sebelum bertanding orang sudah merasa kalah, maka pasti ia akan kalah, karena sudah menciptakan kekalahan dalam dirinya sendiri. Selanjutnya bila kita berpikir tidak akan sanggup mengangkat sebuah benda, maka hal itupun terjadilah.
Karena itu, apa yang dipikirkan secara terus menerus, maka akan berubah menjadi kenyataan. Orang yang mengisi hidupnya dengan keluh kesah dan  kemurungan, adalah ibarat orang yang menyemai bibit petaka dalam hidupnya, maka tak heran hidupnya akan selalu dirundung malang tak henti hentinya.
Dalam bahasa agama, apa yang dipikirkan secara berulang kali dan menyakininya, tanpa sadar menjadi doa kita. Karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa orang yang selalu berkeluh kesah adalah ibarat orang yang menjumpahi dirinya sendiri. Mungkin ada benang merah dengan pribahasa "you are what you think". Anda akan menjadi seperti apa yang dipikirkan.
Bila pikiran selalu diisi dengan hal-hal positif, maka suasana hati akan penuh dengan rasa syukur. Sebaliknya bila pikiran isinya adalah negatif, maka suasana hati akan menjadi galau dan jauh dari rasa syukur. Karena itu,orang yang yakin bahwa hidupnya memang diciptakan untuk menjadi kuli, maka jadilah ia kuli seumur hidupnya.
 My destiny is in my hand and your destiny is in your hand. Terpulang kepada diri kita masing masing,hidup seperti apa yang ingin dijalani. Your choise is your life!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H