Lalu tugas siapa mengantisipasinya? Pemerintah? Rumah sekolah ?  Jelas hal semacam ini,tidak mungkin dibebankan pada pemerintah dan rumah sekolah ataupun kepada para guru sekolah. Karena yang paling dekat secara psikologis kepada  anak anak,adalah orang tua sendiri.
Alasan Sibuk Mencari Nafkah Jangan Dijadikan Alasan
Sibuk mencari nafkah atau hidup dalam tekanan ekonomi,jangan sampai dijadikan alasan,untuk pembenaran diri. Kalau boleh saya mengambil contoh hidup,yakni keluarga saya sendiri. Ayah saya bekerja sebagai Sopir truk dan ibu alm.hanyalah ibu rumah tangga yang cuma lulusan Madarasah di kota kecil Payahkumbuh,kecamatan 50 Koto di Sumatera Barat.
Total kami semua berjumlah 11 orang. Bayangkan,hidup seperti apa yang kami jalani sejak lahir. Saya tidak pernah tahu,apa yang namanya susu, selain dari air nasi, yang setiap hari menjadi santapan saya.
Tapi justru dalam segala kekurangan di segi ekonomi, kami digodok oleh kedua orang tua kami, untuk menjadi pribadi yang tangguh menghadapi masalah hidup.
Sejak SD,kami sudah kesekolah berjalan kaki,yang lumayan jauhnya. Tidak ada uang jajan.
Sepulang sekolah, ikut membantu orang tua dengan jualan telur asin dan Paleh bada, yang dimasak oleh almarhum ibu saya.
Mengalami berbagai hinaan dan dijadikan bahan olok olokan, sudah merupakan santapan bagi kami.Â
Segala penderitaan lahir bathin, menempa mental kami seperti baja, dalam menghadapi badai kehidupan.
Tidak satupun dari antara anggota keluarga kami yang takut menghadapi berbagai tekanan hidup. Apalagi cuma tidak naik kelas atau tidak diterima disekolah favorit.Â
Untuk urusan  sekolah, kami urus masing masing, tanpa menyibukan orang tua, yang sudah sibuk mencari nafkah bagi kami.