Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bunuh Diri Karena Gagal Masuk SMA Favorit, Bukti Rapuhnya Mental Generasi Kini?

30 Mei 2018   18:47 Diperbarui: 31 Mei 2018   09:12 3363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Belakangan ini, sangat sering kita mendengarkan atau membaca berbagai berita di media sosial, remaja bunuh diri. Bukan karena saking susahnya menjalani kehidupan mereka, tapi justru hanya karena masalah urusan sekolah atau masalah asmara.

Siswi SMP Bunuh Diri

Takut tidak diterima masuk SMAN 1 Kota Blitar karena sistem zonasi, diduga kuat menjadi motif kenekatan EP (16), pelajar SMP gantung diri. EP diduga gagal masuk ke SMA favorit meski ia dikenal pintar.

Keterangan dari beberapa teman korban yang ikut ke RSUD Mardi Waluyo, EP merupakan siswa berprestasi di sebuah SMPN Kota Blitar.

EP mempunyai cita-cita kuat melanjutkan sekolah ke sebuah SMA favorit di Kota Blitar yakni SMAN 1 Kota Blitar. Namun domisili EP yang ada di Kabupaten Blitar menipiskan harapannya untuk bisa diterima di situ.

"Cuma beberapa hari ini dia bilang stres. Soalnya nilainya turun semua. Dia juga takut gak diterima di SMAN 1 Kota Blitar, soalnya dia kan anak kabupaten," kata teman sekelas korban Sandy pada detikcom, Selasa (29/5/2018).

Sementara Kasatreskrim Polresta Blitar AKP Heri Sugiono membenarkan, jika kematian korban murni akibat gantung diri.

Patut Menjadi Alaram Bagi Para Orang Tua

Apa yang terjadi pada remaja ditempat lain, bukan tidak mungkin bisa juga terulang lagi. Ini merupakan bukti, betapa rapuhnya ketahanan sikap mental dari generasi zaman milenial ini. 

Putus cinta, bunuh diri, tidak lulus ujian, atau takut tidak diterima di sekolah favorit mereka melakukan jalan pintas dengan bunuh diri. Peristiwa ini harus menjadi pertanda keras buat kita.

Sebab siapa menjamin bahwa hal ini tidak akan berlanjut terus, bahkan dikhawatirkan akan menjadi "tren" mengerikan bagi masa depan anak cucu kita? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun